Dalam testimoninya dihadapan Kongres, Kamis (17/5), menyebut bahwa teknologi yang digunakan untuk memotret lubang hitam juga bisa digunakan untuk keperluan lain. Misal untuk pencitraan medis di bidang kedokteran, memperkirakan gempa, dan hingga mobil otonom.
Bulan lalu teknologi ini berhasil memotret lubang hitam yang berukuran super kecil. Saking kecilnya, Bouman mengibaratkannya sebagai, "jeruk yang ditaruh di permukaan Bulan dan dilihat dari Bumi."
Lubang hitam ini tampak seperti inti gelap yang dikelilingi oleh lingkaran cahaya oranye dari plasma panas berwarna putih.Lubang hitam itu ada di jantung galaxy Messier 87 (M87). Akibat jaraknya yang sangat jauh, berukuran 40 microarcseconds. Berdasarkan hukum fisika, untuk bisa mengamati objek sekecil itu dibutuhkan teleskop sebesar seluruh Bumi.
Meski demikian, Event Horizon Telescope (EHT) Collaboration menhghabiskan waktu sepuluh tahun untuk membangun teleskop seukuran Bumi secara komputasional. Caranya dengan menggabungkan sinyal yang diterima dari berbagai teleskop yang bekerja berpasangan diberbagai belahan dunia.
Namun, karena sebaran lokasi teleskop ini terbatas, gabungan teleskop ini hanya bisa menangkap sejumlah frekuensi. Sehingga meninggalkan celah-celah informasi.
"Sebagai analogi, Anda bisa membayangkan pengukuran EHT ini seperti not balok di dalam sebuah lagu. Tiap pengukuran menunjukkan tiap nada di tiap not itu," jelas Bouman."(Sehingga) melakukan observasi lubang hitam di EHT seperti mendengarkan lagu yang dimainkan oleh piano yang setengah dari kuncinya rusak."
Pendekatan ini membuat banyak celah yang bisa diisi dengna berbagai kemungkinan yang konsisten dengan data yang ada.
"Tapi otak Anda cukup mampu mengenali lagu yang dimainkan pada piano rusak, jika cukup banyak kunci yang bisa dimainkan. Kota bisa merancang algoritma yang secara cerdas mengisi informasi hilang di EHT untuk mengungkap bagaimana gambar lubang itu," tandasnya.Gambar lubang hitam itu sebenarnya telah selesai pada 2017. Tapi hasil akhir ini masih harus divalidasi secara independen dengan tim EHT yang bekerja di seluruh dunia untuk menghindari bias manusia.
Keempat gambar ini diproduksi sedikit berbeda, tapi memiliki struktur dasar yang sama. Gambar yang dipublikasikan pada 10 April lalu merupakan hasil gabungan algoritma yang dirancang untuk mengisi kekosongan interpretasi manusia. Sama seperti kerja pemindai otak yang melandaskan gambarnya pada sebagian data yang diambil mesin MRI. (AFP/eks)
http://bit.ly/2JsJjMJ
May 19, 2019 at 03:59AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Curhat Peneliti Kesulitan Memotret Lubang Hitam"
Posting Komentar