Demikian standar ganda yang berkembang dalam satu dekade terakhir. Setiap pemain bergabung ke Manchester City, maka pemain tersebut dilabeli pergi karena uang. Sedangkan saat seorang bintang bergabung ke klub besar lain, sebut saja Real Madrid, Barcelona, dan Manchester United, maka ia pergi karena nama besar.
Manchester City menuai kesuksesan besar sejak Sheikh Mansour mengambil alih kepemilikan klub pada 2008. Hal itu pula yang kemudian sering dijadikan ejekan, bahwa Manchester City baru berdiri pada 2008.Sheikh Mansour memang terlihat tak punya batasan dalam hal uang belanja. Puluhan pemain bintang telah dibeli Manchester City sejak saat itu. Tak semuanya sukses, namun yang pasti 'The Citizens' terus melakukan evolusi menjadi tim yang lebih baik.
Vincent Kompany dan Sergio Aguero adalah bagian penting dari sukses Manchester City. (REUTERS/David Klein)
|
Di tangan Pep Guardiola, skema dan identitas Manchester City makin terlihat jelas. Cara main dan cara menyerang Manchester City yang mengandalkan penguasaan bola membuat mereka jadi salah satu tim yang permainannya nikmat disaksikan musim ini.
Namun setelah Manchester City kembali berhasil menjadi juara, anggapan bahwa Manchester City hanya mengandalkan uang untuk jadi tim besar tetap mengalir.
Liverpool menggelontorkan 170 juta poundsterling di awal Liga Inggris musim ini. Bintang-bintang macam Alisson Becker, Naby Keita, Fabinho, dan Xherdan Shaqiri adalah hasil belanja dari uang dalam jumlah besar tersebut.
Alisson Becker adalah salah satu pembelian mahal Liverpool musim ini. (REUTERS/Phil Noble)
|
'Kesalahan' Manchester City adalah ia tidak muncul 1-2 dekade sebelumnya, atau tepatnya awal 90-an ketika transfer dalam dunia sepak bola makin ramai dan menggeliat.
Manchester United yang mencuat dengan Class of 92 itu sendiri tetap mengandalkan kekuatan finansial untuk membangun tim.
Eric Cantona, Roy Keane, Andy Cole, Jaap Stam, Ruud van Nistelrooy, hingga Wayne Rooney adalah nama-nama yang didatangkan Manchester United lewat kibasan uang besar di era tersebut.
Ruud van Nistelrooy adalah salah satu rekrutan mahal yang dilakukan Manchester United. (AFP PHOTO / ADRIAN DENNIS)
|
Real Madrid dan Barcelona juga sama saja. Meski punya sejarah panjang, kekuatan finansial mereka saat ini adalah penopang yang membuat mereka tetap kokoh di level elite.
Barcelona dengan mudahnya menjadikan Philippe Coutinho sebagai pemain termahal ketiga di dunia meskipun penampilan Coutinho masih belum teruji di banyak musim. Belum lagi Ousmane Dembele yang ada di urutan keempat dalam daftar pemain termahal di usianya yang masih muda.
Real Madrid memang tidak belanja besar dalam beberapa musim terakhir. Namun di musim depan, Los Blancos sudah menetapkan target untuk melakukan belanja besar-besaran dengan membidik banyak pemain bintang.
Sebelumnya, Real Madrid adalah klub spesialis pemecah rekor transfer, dari mulai Luis Figo dan Zinedine Zidane hingga Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale.
Barcelona dengan mudahnya menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk merekrut Ousmane Dembele. (REUTERS/Sergio Perez)
|
Semua kecaman pada Manchester City sejatinya hanya didasarkan pada satu alasan, yaitu rasa iri. Iri terhadap Manchester City yang berhasil meraih trofi, sementara klub-klub kesayangan para penggemar tersebut gigit jari, padahal memiliki kekuatan finansial yang di level yang sama.
Money can't buy history. Begitu katanya. Namun yang telah dilakukan Manchester City dalam satu dekade terakhir ini adalah merajut sejarah manis mereka sendiri. Empat gelar Liga Inggris mereka raih dalam satu dekade terakhir.Ketika dua puluh tahun berlalu setelah ini, Manchester City bakal dikenang sebagai klub Inggris terbaik di dekade ini. Titik. (jun)
http://bit.ly/2HiCRWm
May 16, 2019 at 03:33AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mencela Manchester City, Menjilat Ludah Sendiri"
Posting Komentar