Kemelut dimulai saat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memutuskan keluar dari perjanjian nuklir ini pada 8 Mei 2018. Selain itu, Trump juga kembali menjatuhkan serangkaian sanksi kepada Iran yang sebelumnya ditangguhkan menyusul disepakatinya perjanjian JCPOA.
Padahal, perjanjian JCPOA yang ditekan pada 14 Juli 2015 bisa disebut terobosan paling signifikan sejak era Perang Dingin, terutama dalam hubungan AS-Iran. AS bersama Prancis, Inggris, Rusia, China, Jerman, (P5+1) dan Uni Eropa berhasil menggiring Iran ke meja perundingan untuk menyetop program nuklirnya yang dianggap mengancam.
Ide perjanjian nuklir Iran mulai digagas sejak 2012 lalu, setelah relasi Iran dengan negara Barat terus memanas karena Teheran diduga terus mengembangkan senjata nuklirnya dalam beberapa tahun sebelumnya.
Negara-negara tersebut juga kembali melangsungkan beberapa kali pertemuan di Baghdad dan Moskow dalam tahun yang sama guna mendiskusikan proposal masing-masing pihak terkait kesepakatan nuklir.
![]() |
Pada 7 September 2013, Presiden AS saat itu, Barack Obama bahkan berkomunikasi langsung dengan Rouhani melalui sambungan telepon guna mendiskusikan perjanjian nuklir tersebut. Sambungan telepon antara keduanya merupakan interaksi langsung perdana antara pemimpin AS-Iran sejak 1979.
Pada 14 Juli 2015, Iran dan negara P5+1 menyatakan bahwa perjanjian nuklir telah disepakati dan Teheran siap mengikuti aturan Badan Atom Internasional (IAEA) untuk secara perlahan menutup situs pengembangan nuklir dan menyetop pengayaan uranium.
Sejak itu, Iran berangsur-angsur menutup dan menyetop pengayaan uraniumnya. Teheran juga disebut mematuhi kewajiban yang tertera dalam JCPOA.
Sebagai imbalan, negara P5+1, Uni Eropa, dan komunitas internasional mulai mencabut sanksi ekonomi dan embargo minyak terhadap Iran. Namun, JCPOA mulai terancam ketika Trump resmi menjabat di Gedung Putih setelah memenangkan pilpres 2016 lalu.
Hingga pada 8 Mei 2018, Trump memutuskan menarik AS keluar dari JCPOA dengan menganggap Iran tak mematuhi kesepakatan itu dengan menuduh Teheran masih mengembangkan senjata nuklir.
Tak hanya menarik diri, Trump juga bersumpah menjatuhkan kembali sanksi-sanksi yang pernah berlaku terhadap Iran.
Trump juga memperingatkan sekutu-sekutunya untuk berhenti membeli minyak dari Iran dan menyudahi seluruh hubungan dagang serta investasi di negara Timur Tengah tersebut.
Akan tetapi, hal itu tidak bisa membuat Rouhani tetap bersabar. Dia menuturkan Iran berencana melanjutkan program nuklir dan pengayaan uraniumnya jika pihak-pihak penandatangan kesepakatan nuklir 2015 tak membela Teheran dari sanksi sepihak AS. (rds/ayp)
http://bit.ly/2Jd0EJp
May 09, 2019 at 09:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Polemik Pakta Nuklir Iran: Optimisme yang Terancam Kandas"
Posting Komentar