
"Astaghfirullah. PSBB lagi?" ujar Vania (35) lirih, salah satu pekerja event di Jakarta Selatan, menanggapi kabar PSBB total oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sembari melempar pandangannya ke gelas kopi dingin, ia mengangkat bahunya tinggi-tinggi dan mengambil nafas panjang, "Beneran, saya nggak tahu mau ngomong apa lagi."
Kepada CNNIndonesia.com, Vania bercerita status kerja yang masih kontrak sudah lebih dari 1 tahun membuat ia khawatir. Pada PSBB pertama Maret lalu, awal pandemi corona di dalam negeri, ia dan kawan-kawan lainnya yang beruntung harus pasrah menerima keputusan direksi potong gaji.
Biasanya, ia membawa pulang Rp10 juta per bulan, namun corona membuat gajinya berkurang hingga Rp3 juta. Dalam periode April-Mei, perusahaannya 'sepi job'. Walhasil, beberapa rekan yang tidak beruntung harus kehilangan pekerjaan.
Vania boleh dibilang beruntung. Ia dipertahankan, meski masih berstatus kontrak. Namun, ia menelan pahit karena gajinya kembali dipotong lagi Rp1 juta. "Jadi, 40 persen in total gaji terpotong sejak zaman corona," katanya.
Kekhawatirannya, PSBB kembali membuat perusahaan 'sepi job'. Padahal, nyaris dua bulan terakhir, perusahaannya mulai mendapatkan pesanan menggelar acara lagi. Memang acara kecil-kecilan, tapi lumayan untuk menambal kantong perusahaan.
Aisyah (25), akuntan salah satu perusahaan konstruksi dan energi yang berkantor di Jakarta ini juga khawatir dengan keputusan PSBB total DKI. Pasalnya, banyak proyek terhenti sejak PSBB awal diberlakukan.
Bila proyek terhenti, dampaknya keuangan perusahaan boncos. Ujung-ujungnya akan berimbas pada kelangsungan para pekerjanya. Bayangan Aisyah tersebut bukan mengada-ngada, mengingat empat rekan kerjanya sudah di-PHK sejak perusahaan memutuskan efisiensi.
Perusahaan tempatnya bekerja disebut rugi hingga belasan miliar rupiah sejak proyek-proyek terhenti di era corona. Belum lagi, persoalan klien menunggak pembayaran hingga utang perusahaan kian bengkak. "Dan biaya tambahan menjalankan protokol kesehatan," jelasnya.
Menurut dia, PSBB akan semakin menekan dunia usaha. Namun, sebagai pekerja, tak ada yang bisa dilakukannya selain mengikuti arahan pimpinan.
Termasuk mengamini keputusan direksi memotong gaji setiap pekerja beberapa bulan terakhir ini. Tak tanggung-tanggung, gaji dipangkas hingga 25 persen.
Alasannya, demi mengurangi beban keuangan perusahaan. Karenanya, ia mengaku maklum. "Dengan kondisi ekonomi yang akan resesi, perusahaan tetap beroperasi saja, saya yakin rugi," imbuhnya.
Selain itu, sambung Aisyah, tidak semua perusahaan bisa menerapkan kerja dari rumah (work from home) seperti arahan Anies. Bukan alasan fasilitas yang tak mumpuni, melainkan beberapa hal memang tidak bisa dilakukan dari rumah.
PSBB transisi, menurutnya, lebih baik karena perkantoran melakukan sistem shift agar tak semua pekerja berkumpul dalam waktu bersamaan.
Beda cerita dengan Lanie (23). Sejauh ini, ia mengaku gaji yang dibayarkan oleh perusahaan tempatnya bekerja masih penuh. Tidak ada potongan sama sekali. Pekerjaannya pun tak berkurang.
Makanya, ia tak khawatir dengan PSBB total yang akan diberlakukan mulai Senin (14/9) nanti. Malah, ia agak sedikit senang jika WFH kembali diterapkan. Selain hemat ongkos perjalanan, ia bisa menghemat waktu pulang dan pergi ke kantor.
"Alhamdulilah sih kalau saya nggak takut di-PHK. Karena perusahaan tempat saya bekerja ini tak terlalu berpengaruh pendapatannya gara-gara pandemi corona," terang perempuan yang bekerja di industri kreatif pada salah satu rumah produksi.
Menurut Lanie, kunci kesuksesan perusahaan tempatnya bekerja, yaitu adaptasi pada teknologi. Rumah produksi di kawasan Kebayorang Baru, Jakarta Selatan, tersebut bergerak di bidang konten digital untuk YouTube.
Bahkan, saat orang-orang lebih banyak di rumah, Lanie bilang, perusahaan tempat ia bekerja kebanjiran order. "Jadi, kayaknya kantor saya nggak melakukan PHK dalam waktu dekat," katanya.
Pun demikian, Lanie berpesan kepada pemerintah untuk berbenah dan tak selalu mengumumkan peraturan krusial serba dadakan. HRD tempatnya bekerja saja hingga saat ini belum bisa mengabarkan soal mekanisme WFH Senin nanti.
Tak hanya pemerintah, ia juga berpesan agar masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan. Diharapkan, PSBB kali ini menjadi yang terakhir di ibu kota.
"Berharapnya sih orang-orang yang masih pada bandel sekarang ikut aturan pemerintah. Soalnya, saya tuh masih sering liat, orang nggak pake masker di jalanan. Padahal, pake masker kan gampang banget, walaupun ya gak 100 persen menjamin aman juga sih," pungkasnya.
(bir)https://ift.tt/3mfPHHj
September 13, 2020 at 07:10AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pekik Kaum Pekerja Jelang PSBB Total DKI"
Posting Komentar