Harga minyak mentah dunia terkerek pada akhir perdagangan Kamis (22/10), dipicu kemungkinan terealisasinya paket stimulus atau bantuan ekonomi Amerika Serikat (AS) sebelum pemilihan presiden.
Meski demikian, harga belum pulih sepenuhnya dari kerugian sesi sebelumnya yang disebabkan tingginya persediaan dan tekanan permintaan bensin karena lonjakan covid-19 di AS .
Mengutip Antara, Jumat (23/10), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup menguat 73 sen atau menjadi US$42,46 per barel.
Sementara, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember juga terangkat 61 sen dan menetap di level US$40,64 per barel.
Minyak berjangka memperoleh momentum penguatan ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan kedua belah pihak mendekati kata sepakat untuk meloloskan paket stimulus ekonomi.
Direktur Energy Berjangka di Mizuho New York Bob Yawger mengatakan hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa permintaan dapat segera meningkat.
Saham-saham di Wall Street juga ikut terkerek sentimen tersebut di tengah pergerakan yang fluktuatif. Para investor menyambut prospek realisasi stimulus fiskal tambahan tersebut untuk memperbaiki ekonomi AS yang rusak akibat pandemi.
Seperti diketahui, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan stok bensin AS naik 1,9 juta barel pekan lalu, berbanding terbalik dengan ekspektasi penurunan stok sebesar 1,8 juta barel.
Produk keseluruhan yang dipasok rata-rata mencapai 18,3 juta barel per hari (bph) dalam empat minggu hingga 16 Oktober atau jatuh 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara, angka rekor harian baru infeksi covid-19 di beberapa negara bagian AS dan di Eropa yang diikuti dengan lockdown, serta tindakan keras China untuk membatasi perjalanan keluar negeri, menjadi pertanda buruk bagi permintaan bahan bakar.
Prospek harga minyak makin memburuk ketika kesepakatan anggota parlemen AS dengan Gedung Putih terkait paket stimulus ekonomi meredup pada Rabu malam (21/10) lalu. Hal ini terutama karena Presiden Donald Trump menuduh Demokrat menahan kesepakatan kompromi.
"(Kesepakatan) mungkin memperbaiki nada permintaan selama satu atau dua minggu," kata Lachlan Shaw, Kepala Peneliti Komoditas National Australia Bank.
Belum lagi ekspor minyak Libya dengan cepat meningkat ketika produksi dimulai jelang Oktober lalu, setelah pelonggaran blokade oleh pasukan timur. Produksi Libya juga telah pulih menjadi sekitar 500 ribu barel per hari dan pemerintah di Tripoli memperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun.
Kendati demikian, Goldman Sachs memperkirakan rata-rata harga Brent akan naik menjadi US$59,40 per barel tahun depan dari US$43,90 per barel tahun ini, dan WTI naik menjadi US$55,90 dari US$40,10 per barel.
(hrf/bir)https://ift.tt/3oj7vT6
October 23, 2020 at 08:03AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Stimulus AS Temui Titik Terang, Harga Minyak Dunia Mengilap"
Posting Komentar