"Perhitungan proyeksi kerugian itu akibat capital outlays karena adanya gangguan tenaga kerja dan rantai pasokan akibat pandemi global covid-19 yang mengakibatkan keterlambatan maupun penundaan proyek PLTU," tulis GEM dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (26/3).
GEM mendapatkan proyeksi tersebut menggunakan model perhitungan kerugian investasi yang mengacu pada rerata capital cost yang dirangkum oleh Badan Energi Internasional (EIA).
Berdasarkan proyeksi GEM, kerugian investasi terbesar diderita oleh proyek PLTU Jawa 7 dan Tanjung Jati B dengan nilai masing-masing US$3,2 miliar. Setelah itu, proyek PLTU Cirebon menyusul dengan estimasi kerugian US$1,6 miliar. Selain ketiganya, kerugian juga akan diperkirakan diderita oleh proyek PLTU Bengkulu, PLTU Nagan Raya, PLTU Sumsel-1, PLTU Bangko Tengah (SS-8). Lalu, proyek PLTU Kalbar-1, PLTU Kalselteng-1, PLTU Sulbagut-1, dan PLTU Sulbagut 3.
Secara global, GEM memperkirakan investasi 14 PLTU batu bara di Asia Selatan dan Asia Tenggara berpotensi rugi hingga US$17,1 miliar.
Menurut GEM, kondisi tersebut menggambarkan tingginya kerentanan ekspansi PLTU batu bara global di tengah pandemi. Di saat bersamaan kelebihan kapasitas pembangkit listrik menambah beban dalam menghadapi kondisi resesi.
Melihat kondisi itu, Program Director Trend Asia Ahmad Ashov Birry menilai proyek PLTU batu bara perlu dibatalkan. Menurut Birry pemerintah seharus memperkuat ketahanan masyarakat di tengah situasi krisis multidimensi.
"Pembatalan proyek PLTU batu bara harus diambil tidak hanya untuk menghindari kerugian ekonomi jangka panjang tapi utamanya untuk melindungi masyarakat dari tambahan paparan polusi beracun yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, stroke, penyakit jantung dan penyakit pernapasan," ujar Birry.Periset Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Adila Isfandiari menambahkan pemerintah Indonesia berencana membangun PLTU dengan kapasitas total mencapai 27 GW dalam sepuluh tahun mendatang. Rencana ini dinilai berlawanan dengan tren global.
Salah satu PLTU batu bara baru yang akan dibangun dalam waktu dekat di Provinsi Banten adalah PLTU Jawa unit 9 dan 10 dengan kapasitas 2x1.000 MW. Proyek ini, sambung Adila, didanai oleh Korea Selatan yang telah melarang pembangunan PLTU baru di dalam negeri.
"Selain itu, penambahan PLTU batu bara baru perlu dipertimbangkan kembali oleh Pemerintah di tengah penurunan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi listrik sebagai dampak dari Covid-19. Fakta bahwa reserve margin Jawa-Bali yang telah mencapai 30 persen pada tahun 2019, ditambah dengan banyaknya PLTU batu bara baru yang akan beroperasi berpotensi menyebabkan kerugian besar bagi negara," jelasnya.
Berdasarkan laporan GEM dan sejumlah lembaga "Boom and Bust 2020", kapasitas PLTU dalam status konstruksi (under construction) dan pembangunan pra-konstruksi (pre-construction development) global menurun sebesar 16 persen secara tahunan.Sejak 2015, kapasitas menurun hingga 66 persen. Pada saat yang bersamaan, status permulaan konstruksi 2019 turun 5 persen dari 2018 dan 66 persen dari 2015.
Meski kapasitas pada fase konstruksi menurun, secara kapasitas netto PLTU batu bara tumbuh sebesar 34,1 gigawatt (GW) pada 2019 - data tersebut merupakan peningkatan pertama dalam penambahan kapasitas netto sejak 2015. Di mana, hampir dua pertiga atau sekitar 43,8 GW dari 68,3 GW kapasitas PLTU baru yang berada di China.
Namun, di luar China, kapasitas PLTU batu bara global secara keseluruhan mengalami menyusut selama dua tahun berturut-turut. Hal ini diakibatkan oleh banyak negara yang telah menghentikan kapasitas PLTU batu bara-nya hingga 27,2 GW dibandingkan yang dioperasikan (commissioned) sebesar 24,5 GW.
"Terlepas dari itu, jumlah PLTU baru yang ditambahkan ke jaringan kian dipercepat. Artinya PLTU batu bara dunia yang dioperasikan jauh lebih sedikit digunakan - lebih banyak pembangkit menghasilkan energi yang lebih kecil," ujar Direktur Program Batu Bara GEM Christine Shearer.
Shearer menilai, bagi bank dan investor yang terus melakukan penjaminan PLTU batu bara baru, situasi ini berpotensi melemahkan profitabilitas dan meningkatkan risiko bisnis.
(sfr)https://ift.tt/39lF5Pu
March 26, 2020 at 07:52AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Investasi PLTU Berpotensi Rugi Rp209 T Gara-gara Corona"
Posting Komentar