Sebelumnya simulasi dari tim peneliti pada Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB memperirakan wabah Covid-19 di Indonesia akan mengalami puncak pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April 2020.
Salah satu peneliti yang melakukan simulasi tersebut, Nuning Nuraini mengatakan pergeseran prediksi disebabkan oleh meningkatnya jumlah kasus corona di Indonesia. Hingga 25 Maret, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan 790 kasus positif corona di Indonesia.
Dalam penelitian yang menjadi jurnal ilmiah tersebut, Nuning dengan tim membangun model representasi jumlah kasus dengan menggunakan model pengembangan dari model logistik, Richard's Curve yang diperkenalkan oleh F.J.Richards.
Model Richard's Curve terpilih ini diuji coba dengan berbagai data kasus corona dari berbagai macam negara, seperti China, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Termasuk data akumulatif seluruh dunia.
Ternyata, secara matematik, ditemukan bahwa model Richard's Curve Amerika Serikat adalah yang paling cocok (kesalahannya kecil) untuk disandingkan dengan tren data kasus terlapor corona di Indonesia dengan jumlah kasus corona saat ini.
Sebelumnya saat jumlah kasus corona di Indonesia masih berjumlah 96, model Richard's Curve Korea Selatan adalah yang paling cocok. Oleh karena itu, Nuning mengatakan prediksi akan terus diperbarui mengikuti pembaruan jumlah kasus corona.
"Eror estimasi akan membesar kalau tetap pakai model Korea Selatan. Kasus naik model data Korea sudah tidak relevan jadinya pindah ke data Amerika Serikat," kata Nuning.
Dengan pemodelan sebelumnya, diperkirakan kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600.
Akhir wabah Covid-19
Ketika ditanya soal akhir dari wabah Covid-19, Nuning menyebut hal itu baru bisa dihitung ketika puncak infeksi sudah terjadi.
"Masalahnya ketika kasus sudah banyak kita bisa estimasi lagi kasus Indonesia. Perlu sampai puncak benar baru bisa mengatakan sampai kapan," kata Nuning saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (26/3).
Nuning yang juga merupakan Dosen Program Studi Matematika ITB mengatakan simulasi permodelan baru bisa memprediksi akhir epidemi corona saat telah terjadi puncak epidemi yang diperkirakan terjadi pada minggu kedua atau ketiga April 2020.
"Mulai epidemi pada awal Maret 2020. Puncak epidemi pada minggu kedua atau ketiga April 2020. Akhir epidemi pada akhir Mei/awal Juni 2020," ujar Nuning.
Berdasarkan jumlah kasus per 18 Maret 2020, Nuning memprediksi maksimal jumlah kasus corona di Indonesia adalah lebih dari 60 ribu kasus meningkat dari 8 ribu kasus. Jumlah kasus baru corona terbesar adalah kurang lebih 2000 kasus meningkat dari 600 kasus.
Data harian mengenai jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 yang didapat, dijadikan data untuk membangun model yang dapat merepresentasikan dinamika penderita corona.Sebelumnya, mereka menggunakan model penghitungan matematik Richard's Curve ala Korea Selatan. Model Richard's Curve ini terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong tahun 2003.
Namun, saat itu Nuning memperingatkan bahwa pemodelan yang mereka buat sangat sederhana dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor yang kompleksitasnya tinggi. (jnp/eks)
https://ift.tt/2WSBxC1
March 27, 2020 at 08:08AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "ITB Ungkap Soal Akhir Corona RI Bergeser Hingga Lebaran 2020"
Posting Komentar