Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) per 20 April 2020, setidaknya ada 2 juta orang yang telah dirumahkan dan di-PHK. Sementara, bantuan dari pemerintah pun terbatas.
Tak heran jika pinjaman pihak ketika baik itu pinjaman dari bank, kartu kredit, multifinance, mau pun pinjaman online (pinjol) mulai diburu masyarakat.
Namun, jangan gegabah mengambil pinjaman. Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad bilang, sebaiknya kenali dulu karakteristik, tanggungan bunga, manfaat, hingga mekanisme pembayaran jika tak mau buntung. Sebetulnya, Teja tak menyarankan mereka yang terkena PHK atau pun mengalami potongan gaji dan tunjangan untuk langsung mengambil pinjaman ke pihak ketiga. Katanya, mengambil utang dari pihak ketiga merupakan opsi bontot.
Jika memungkinkan, ia menyarankan untuk mencari pilihan utang lunak yang bisa didapatkan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, kerabat, mau pun kenalan dekat. Memang, pilihan ini bisa jadi pil pahit yang harus ditelan, rasa malu harus dikesampingkan juga menebalkan kulit muka.
"Sebelumnya coba cari pinjaman dari orang terdekat, bisa dari orang tua, saudara, kerabat, bahkan teman. Selain tidak berbunga jika jangka bayarnya longgar," ucapnya kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (30/4).
Namun, jika opsi tersebut telah dicoba dan tak berhasil, Teja menyarankan untuk mencari pinjaman yang sesuai dengan keadaan masing-masing. Idealnya, pinjaman dari lembaga resmi seperti bank yang menawarkan pinjaman jangka panjang bisa dijadikan pilihan.
Pinjaman kartu kredit misalnya yang dapat dinegosiasikan pembayarannya sampai periode tertentu. Teja bilang, bunganya pun tak tinggi-tinggi amat, tergantung bank yang dipilih.Pilihan ini, menurutnya, jauh lebih aman dibandingkan dengan pinjol yang memiliki tenggang bayar pendek dan bunga selangit. Konsekuensi gagal bayar pun mengerikan, bisa jadi data yang Anda berikan digunakan dengan tidak bertanggung jawab.
Apalagi, kata dia, tengah berjamur aplikasi pinjol yang tak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan meresahkan masyarakat. "Lebih baik cari pinjaman ke lembaga seperti bank, kalau pinjol memang mudah dapatnya tapi cara penagihannya keterlaluan," ucap Teja.
Meski demikian, ia bilang tak semua orang bisa mendapatkan pinjaman dari Bank. Maklum, untuk kartu kredit, harus tercatat pemasukan tetap dengan jumlah lumayan dan jejak rekam arus kas yang baik.
Untuk mereka yang tak bisa mengakses pinjaman jangka panjang, Teja menganjurkan untuk mengajukan pinjaman agunan dengan catatan pastikan Anda dapat melunasi pinjaman dalam waktu yang ditetapkan. Jika tidak, agunan yang diajukan dapat dilelang oleh pihak peminjam."Pegadaian bisa jadi pilihan, agunan bisa dari barang yang dimiliki seperti emas, barang elektronik, dan lain-lain. Memang bunganya terbilang tinggi tapi cara tagihnya tidak ekstrim," pesannya.
Alternatif lainnya untuk mereka yang memilih opsi praktis atau memiliki aset menganggur, dia menyarankan untuk menjual barang berharga. Emas misalnya yang memang sedang mahal.
Banyak yang tengah berhadapan dengan pilihan sulit, dana keuangan yang dalam kondisi normal terbilang 'haram' untuk disentuh kini bisa jadi jalan keluar. Tabungan pendidikan anak misalnya yang dalam kondisi tak kepepet dilarang keras untuk ditarik, namun kini dapat dinegosiasikan untuk dicairkan sebagian demi menyambung hidup.
Sementara untuk dana asuransi, jika terpaksa harus dicairkan, pastikan manfaat asuransi masih dapat didapatkan. Cari tahu jika asuransi Anda memiliki opsi pencairan dana sebagian."Ada dana asuransi yang bisa dipinjam atau cairkan sebagian dananya tapi pastikan manfaatnya masih bisa dipakai, jangan nanti hangus manfaatnya. Sesuaikan dengan kebutuhan," ucapnya.
Tak Melulu Harus Ngutang
Sepakat, Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Agustina Fitria menyarankan untuk mencari pos keuangan di samping pinjaman uang tunai.
Untuk korban PHK, dia menyarankan untuk mencari tahu hak pesangon sesuai dengan UU Ketenagakerjaan yang ada. Pembayaran pesangon bisa jadi dana penyelamat selama mencari pekerjaan baru.
Penghematan pun bisa dijadikan opsi. Data kembali keuangan Anda, dari pengeluaran, beban dan biaya rutin, tabungan, hingga pemasukan yang ada. Hematlah pos-pos yang tak perlu, tekan keinginan dan gaya hidup yang menekan isi dompet."Untuk menambah likuiditas, ajukan pencairan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan untuk biaya hidup," pesan dia.
Bagi mereka yang memiliki utang, Agustina menyarankan untuk mengajukan restrukturisasi utang jika memiliki cicilan berjalan. Agustina pun menganjurkan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada dan mulai memulai usaha kecil-kecilan, memasarkan produk atau jasa yang tengah dicari.
Namun ingat, jangan mengambil utang berbunga lebih besar dari untung yang bisa diraup dari usaha yang dirintis. "Cari pinjaman dengan bunga serendah mungkin," pungkasnya.
(wel/sfr)
https://ift.tt/2VTpjIn
May 01, 2020 at 08:45AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tip 'Ngutang' Cerdas agar Tak Bolong di Kemudian Hari"
Posting Komentar