Laporan mengenai efek samping obat yang dirasakan seseorang penting dilakukan demi keselamatan dan keamanan pasien. Penyampaian informasi ini bisa ditujukan ke dokter. Ketua International Society of Pharmacovogolance (ISoP) Indonesia, dokter Jarir At Thobari menerangkan, informasi dari pasien tersebut akan membantu dokter atau petugas kesehatan menentukan tindak lanjut.
Karena itu kata dia, penting untuk merinci dan mencatat sebanyak mungkin reaksi yang merugikan keselamatan pasien dan obat yang berkelanjutan (pharmacovigilance).
"ISoP Indonesia sebagai organisasi ilmiah independen berkomitmen dalam memajukan sistem farmakovigilans di Indonesia, salah satunya dengan secara terus menerus melakukan sosialisasi tentang pentingnya pelaporan efek samping obat baik untuk masyarakat, industri farmasi dan profesional kesehatan," kata Jarir yang juga akademisi di Departemen Farmakologi dan Terapi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dikutip dari Antara.
Berdasarkan definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), farmakovogilans adalah kegiatan yang berkaitan dengan deteksi, penilaian, pemahaman, respons dan pencegahan terhadap efek samping obat serta masalah potensial yang berkaitan dengan obat-obatan.
Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan perhatian dan keamanan pasien akan penggunaan obat; mengukur manfaat, kerugian, efektivitas dan risiko obat-obatan; mendorong penggunaan obat-obatan dengan aman; hingga mengedukasi masyarakat.
Obat diketahui memiliki dua sisi, yakni berupa khasiat dan efek samping--yang dampaknya bisa bervariasi tergantung individu.
Setidaknya empat hal bisa terjadi ketika pada pasien dengan penyakit dan obat yang sama. Pertama, tidak mendapatkan khasiat namun justru mengalami efek samping. Atau, mendapatkan khasiat tanpa efek samping. Kemungkinan ketiga, tidak mendapatkan khasiat maupun efek samping. Dan terakhir, mendapatkan khasiat obat namun tetap merasakan efek samping.
![]() Infografis Dumolid Psikotropika Penenang dan Obat Insomnia |
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi masing-masing kondisi. Termasuk faktor genetik yang sifatnya individual. Efek samping juga bisa terjadi ketika ada interaksi pemakaian obat yang berbeda.
Pelaporan efek samping obat penting diperhatikan salah satunya bagi pasien kanker. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), dokter Aru Wicaksono Sudoyo mengingatkan, pasien kanker harus segera melapor ke dokter bila mengalami efek samping setelah mengonsumsi obat tertentu.
Dengan begitu, lanjut Aru, dokter dapat memberi saran bisa berupa perawatan medis tertentu atau mengubah obat--jika harus menjalani perawatan lain.
Sementara dokter Eko Adhi Pangarsa yang merupakan Ketua YKI Cabang Jawa Tengah mengatakan, efek samping dapat terjadi selama masa pengobatan kanker, mulai dari yang ringan hingga berat.
Selama mengonsumsi obat, pasien sebaiknya memahami dan bisa mengelola efek samping yang umum terjadi, seperti pusing, mual, kelelahan hingga bibir pecah-pecah. Pasien pun dapat mengubah gaya hidup dan pola makan demi menekan efek samping pengobatan, bila memungkinkan.
"Sebaiknya pasien dan keluarga dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi terkait efek samping yang bisa atau mungkin terjadi selama pengobatan," tambah dokter Eko Adhi Pangarsa, Ketua YKI Cabang Jawa Tengah.
Pasien dan dokter harus menjalin komunikasi yang baik sehingga efek samping obat yang mungkin terjadi bisa ditangani tepat dan cepat. Dokter akan menghentikan pemberian obat bila memang membahayakan pasien.
"Ada juga yang butuh dihentikan sementara, atau turunkan dosisnya dulu, lalu dinaikkan perlahan," jelas Aru.
(Antara/NMA)https://ift.tt/3hG7lk4
September 18, 2020 at 09:10AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Alasan Pentingnya Mencatat dan Melaporkan Efek Samping Obat"
Posting Komentar