Berkaca pada debat Pilpres 2014, saat itu Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa tak bisa menjawab pertanyaan tentang Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Ketidaktahuan Prabowo, kata Usman, diklaim berdampak pada meningkatnya elektabilitas Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla ketika itu.
"Debat itu menguntungkan salah satu pihak kalau pihak lainnya melakukan kesalahan. Misalnya 2014, selain Pak Prabowo, Hatta juga gagal membedakan kalpataru dan adipura. Itu blunder luar biasa yang buat elektabilitas sana turun dan kita naik," ujar Usman di posko pemenangan Cemara, Menteng, Jakarta, Kamis (31/1).
Sementara pada debat perdana Pilpres 2019 yang lalu, lanjut Usman, Prabowo kembali melakukan blunder dengan menyebut Jawa Tengah lebih besar dari Malaysia. Faktanya, dari data yang ada Malaysia berukuran lebih luas.
"Itu blunder yang harus kita hindari kalau mau meningkatkan elektabilitas," katanya.
Di sisi lain, Usman tak menampik bahwa elektabilitas Jokowi-Ma'ruf hanya sedikit meningkat pasca debat perdana lalu. Dari survei LSI, elektabilitas paslon nomor urut 01 itu hanya naik 0,6 persen. Sementara lawannya, Prabowo-Sandiaga naik 0,4 persen.
Namun ia optimistis elektabilitas Jokowi-Ma'ruf akan kembali naik usai gelaran debat kedua hingga terakhir.
"Mungkin karena baru debat pertama, coba nanti kita ukur lagi setelah debat kedua, ketiga, keempat, kelima. Ini jadi bahan evaluasi bagaimana debat itu bawa efek yang bagus," tuturnya. (psp/osc)
http://bit.ly/2Gc1oMM
February 01, 2019 at 01:58PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "TKN: Blunder Prabowo di Debat Dongkrak Elektabilitas Jokowi"
Posting Komentar