
Setelah bersiap memulai hari, saya bergegas menuju The View, restoran di hotel Plataran Ubud untuk menikmati sarapan sambil memandangi hamparan sawah hijau, pohon kelapa, dan juga kolam renang besar di bawahnya.
Sebagai sarapan saya memilih untuk menyantap omelet, bubur ayam, dan juga bacon. Sepiring french toast dan kopi menjadi makanan penutup sarapan saya pagi itu.
Usai sarapan, perjalanan saya berkeliling Ubud dimulai. Bersama seorang driver dan chef, saya menuju ke kawasan Tegallalang. Nuansa hijau khas Ubud mulai terhampar, sesekali tertutup dengan banyaknya bangunan rumah-rumah di pinggir jalan.
Sekitar 10 menit berkendara, perjalanan saya sedikit terhambat. Bebunyian alat musik, payung upacara warna-warni terlihat dari ujung jalan.
"Sedang ada upacara agama mbak," kata driver saya saat itu.
"Di sini, sering ada upacara agama, semua tergantung pada Puranya. Ini seperti upacara peringatan Pura atau ulang tahun Puranya."
Dengan sabar kami menunggu rombongan upacara untuk melewati jalanan. Ini salah satu yang saya suka dari Bali, pengguna jalan dengan sabar menunggu ketika upacara agama sedang berlangsung. Tak ada satupun yang membunyikan klakson ataupun cemberut dan menyumpah serapah karena perjalanannya terhambat.
Tak berapa lama, perjalanan kami pun berlanjut. Kami sampai di Tegalalang. Tegalalang cuma sawah?
Tentu tidak, ingat bagaimana Julia Roberts naik sepeda dan jalan-jalan di sawah? Tempatnya ada di sini. Hamparan sawah hijau yang dinikmati dari ketinggian akan memukau Anda.
Berbeda dengan sawah-sawah lainnya, sawah di Bali dikenal dengan sistem pengairan subak atau teraseringnya. Di sini Anda bisa melihat sawah-sawah yang 'saling menumpuk' dan tersususn rapi satu sama lain.
Beberapa petak sawah padinya sudah terlihat menguning. Beberapa lainnya masih hijau. Anda bisa menikmati pemandangan ini dari atas jalan raya, namun jika ingin benar-benar masuk dan merasakan bisa berjalan di antara petakan sawah, Anda bisa turun langsung. Ada tiket masuk yang dikenakan untuk menikmati hamparan sawah ini, yaitu Rp.10 ribu.
Ada banyak anak tangga dan juga pijakan tanah yang harus dilewati untuk mengelilingi area ini. Cukup melelahkan, apalagi buat saya yang jarang berolahraga. Namun buat Anda yang memang tak ingin berkeringat, ada banyak kafe dan juga ayunan untuk bisa menikmati pemandangan sawah ini.
Akan tetapi, sayup-sayup saya mendengar ada suara teriakan bahagia. Ternyata ada seseorang yang tengah berayun dari batang pohon kokoh di atas sawah. Atraksi ini terlihat seru.
Setelah puas menikmati indahnya sawah dan tentunya mengambil beberapa foto selfie, saya bergegas kembali ke mobil untuk melanjutkan tour fruit on the earth.
Tujuan selanjutnya adalah ke area wisata buah-buahan di Ubud. Chelsea adalah salah satau bagian dari wisata petik buah dalam tur ini.
Dari rice terrace ke chelsea terbilang cukup jauh. Melewati jalan-jalan desa yang kecil dan beberapa di antaranya bahkan rusak. Ilalang yang tumbuh tinggi menutupi kedua sisi jalan, agak menyeramkan kalau Anda tak biasa melewatinya.
Kawasan agrowisata ini terletak di desa Taro, Ubud.
Namun di ujung jalan yang terasa agak menyeramkan namun tak berbahaya, di situlah Chelsea agrowisata berada.
Di situ saya bisa melihat berbagai pohon buah-buahan yang sedang berbuah. Tak semuanya berbuah tentunya, ada beberapa yang berbuah dan nyaris ranum namun beberapa di antaranya adalah jeruk, pisang, markisa, pepaya, manggis, labu jepang, dan lainnya.
Kebun wisata ini memiliki luas sampai 4,5 hektar dan memiliki beragam fasilitas dari wisata petik buah sampai permainan outbound.
"Biasanya yang ke sini itu anak-anak sekolah. Beberapa hari lagi nanti ada anak sekolah dari Denpasar yang datang," kata salah satu perempuan pekerja di sana kepada saya.
Beruntung saat saya datang, saya bisa menikmati sendiri luasnya kebun buah ini.
"Ada kantong bu?" kata saya.
Dengan cepat kantong untuk wadah buah jeruk pun saya dapatkan. Dia juga dengan cekatan membantu saya untuk memilih jeruk yang sudah matang dan manis.
"Jangan yang itu, itu busuk, tidak manis. Yang ini lebih manis," katanya seraya memberikan jeruk yang berkulit hijau.
Kantong wadah pun hampir terisi penuh, karena hanya pergi sendiri, saya pun tak mengambil terlalu banyak.
Sambil mengantongi jeruk, saya melihat tanaman lainnya. Puas berfoto-foto, saya mulai iseng untuk bermain ayunan di sana sambil menunggu jam makan siang.
Tak lama, panggilan untuk makan siang pun saya dengar. Secara otomatis kaki mulai melangkah ke gazebo atau bale bengong.
Chef sudah menyiapkan tiga menu makanan yang mengguggah selera.
"Untuk appetizernya ada asinan buah, main coursenya adalah tipat blayag, dan penutupnya bubur mutiara pisang."
Semangkuk asinan buah ini terlihat menggiurkan. irisan buah jambu biji merah, delima, jeruk bali, dan beberapa jenis buah lain diracik dengan tambahan saus dan taburan kacang utuh goreng. Sebagai pelengkapnya siraman saus asam manis dari asam Jawa juga menambah sensasi rasanya.
Uniknya, buah-buahan yang dipakai adalah buah-buah dari kebun ini sendiri.
Beranjak ke menu kedua, tipat blayag sudah menunggu. Tipat adalah nama lain dari ketupat atau lontong. Maka di dalam menu ini ada tambahan lontong atau ketupat.
Sebagai twistnya, tipat blayag ini disajikan dengan tambahan kacang panjang, toge, labu jepang,dan mi. Sebagai pelengkapnya, tipat blayag ini dibumbui dengan saus kacang yang tak terlalu pekat. Mirip seperti gado-gado namun punya rasa yang sedikit berbeda.
Beralih ke menu terakhir, bubur mutiara pisang sudah tak sabar untuk disantap. Sekilas terlihat biasa, namun satu yang tak biasa adalah irisan pisang di dalamnya. Semuanya dibuat segar, ini terlihat dari irisan pisangnya yang masih putih mulus dan belum menghitam.
Rasanya sendiri pun cenderung manis dan gurih karena penggunaan saus gula merah dan juga santan di dalamnya.
Ah, perut saya sudah kenyang, kini saatnya kembali di hotel dan menanti sore hari untuk pergi berenang. (chs)
http://bit.ly/2LjnjFP
May 05, 2019 at 05:07AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sensasi Segar Makan Enak di Tepi Kebun Buah di Ubud"
Posting Komentar