Edy mengatakan penyebab kerusakan bermacam-macam, dari mulai batere dicuri orang, hingga tidak terurus. Tanggung jawab pemeliharaan EWS itu menurutnya ada pada masing-masing desa karena sudah dihibahkan.
"EWS ini sudah dihibahkan, sehingga kewenangan pemeliharaan berada di masing-masing desa yang mendapatkan bantuan. Sampai sekarang belum ada perbaikan," kata Edy seperti dilansir dari Antara, Senin (24/2).
Berdasarkan pendataan, penyebab kerusakan EWS di antaranya akibat menjadi sarang semut dan kerusakan pada aki.
[Gambas:Video CNN]
Selain itu, motor penggerak sirine dari sinyal juga menjadi masalah EWS akibat tertimbun longsor di Desa Girijati, Kecamatan Purwosari.
"Kami hanya bisa mengimbau agar perbaikan EWS dialokasikan menggunakan anggaran dari Dana Desa," katanya.
Ia mengatakan EWS sangat penting untuk membantu kesiapsiagaan menghadapi bencana tsunami.
Pihaknya pun terus melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan memperluas jaringan desa tangguh bencana."Bulan ini puncak musim hujan. Kami minta masyarakat waspada dan mengenali tanda-tanda alam," kata dia.
Sementara itu Kantor SAR Korwil II Gunung Kidul menyatakan delapan pendeteksi dini tsunami yang ada sudah rusak sejak 2017. Kerusakan terjadi akibat Badai Cempaka pada 2017 dan belum diperbaiki hingga saat ini.
"Total delapan EWS tsunami yang dipasang BNPB semua rusak karena fenomena Badai Cempaka di akhir 2017. Semua yang rusak sudah kami laporkan ke BNPB, tapi hingga sekarang belum ada perbaikan," kata Sekretaris Tim SAR Korwil II Gunung Kidul Surisdiyanto.
Pada Maret 2019, BPBD Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pun menyebut kerusakan pada EWS di sepanjang garis pantai Tiku, Kecamatan Tanjungmutiara, akibat dua unit baterainya dicuri.
Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen
|
https://ift.tt/32ivAPm
February 24, 2020 at 03:22PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "30 Pendeteksi Tsunami di Gunung Kidul, Hanya 3 yang Berfungsi"
Posting Komentar