Dia berkata fenomena menyerupai CENS masuk ke Selat Karimata hingga ke Teluk Jakarta.
"Terkait dengan kejadian banjir di beberapa titik di wilayah Jabodetabek pagi ini karena adanya fenomena CENS yang berasal dari Laut Cina Selatan, masuk ke Selat Karimata hingga ke Teluk Jakarta," ujar Kepala Balai Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto dalam keterangan tertulis.
Tri menuturkan massa udara dingin dari CENS yang masuk dari LCS mengalami konvergensi dengan massa udara daratan dari Jakarta pada tanggal 24-25 Februari 2020. Akibatnya, proses pembentukan awan Cumulonimbus terjadi lebih cepat di Teluk Jakarta.
"Siklon Ferdinand dan Esther (juga) berkontribusi terjadinya fenomena ini. Akibatnya hujan kerap terjadi pada malam hingga dini hari atau dikenal sebagai fenomena Nighttime-Morning Precipitation," ujarnya.
Lebih lanjut, Tri menyampaikan wilayah Jabodetabek saat ini berada pada wilayah konvergensi massa udara sehingga menyebabkan peningkatan massa udara basah yang memicu terjadinya hujan lebat.
Dari hasil analisa dan pengamatan cuaca, dia berkata pertumbuhan awan-awan hujan yang terjadi di wilayah Jabodetabek sebagian besar terjadi pada malam hingga dini hari.
"Awan-awan mulai tumbuh secara masif pada malam hari dan terjadi hujan lebat pada malam hingga dini hari bahkan sampai dengan pagi hari.
Awan-awan seperti ini di luar jangkauan kemampuan armada Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) yang ada saat ini," ujar Tri.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan hujan lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek pada 23 hingga 25 Februari 2020.
Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti angin kencang, genangan, banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin.
(jps/DAL)https://ift.tt/2ViKWlv
February 26, 2020 at 03:27PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BPPT Ungkap soal Banjir dan Awan Comulonimbus Teluk Jakarta"
Posting Komentar