Pastor: Misa Online, Paskah, dan 'Berkawan' dalam Kerinduan

Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada tablo kisah sengsara Yesus. Tak ada meriah suasana Paskah. Tak ada jabat tangan hangat seusai misa. Setidaknya buat umat Kristiani seluruh dunia, termasuk di Indonesia, Paskah tahun ini terasa berbeda.

Ini pun dirasakan Benny Beatus Wetty, SJ, pastor rekan Paroki Blok Q, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Dia mengungkapkan segala rencana menyambut Pekan Suci harus urung terlaksana. Padahal panitia telah bersiap dari jauh-jauh hari mulai dari rapat hingga latihan. Semua demi perayaan Pekan Suci yang lancar dan khidmat.


Virus corona memang mengubah segala sesuatu. Gereja tak ubahnya bangunan berisi deret bangku kosong. Para pastor termasuk Benny musti memimpin perayaan Ekaristi tanpa umat.

"Walaupun kekhusyukan dan kekhidmatan misa tetap terjaga, perasaan dominan adalah sepi dan kurang hangat karena tak tanggapan umat saat doa dan tiada sapaan sebelum dan setelah misa," ujar Benny pada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (9/4).


Dia menyadari misa online memang jadi jalan keluar saat ini. Namun dari sini imaji baru tumbuh. Bangku-bangku gereja memang kosong, tetapi 'diisi' oleh umat dari berbagai wilayah, lebih luas dari wilayah paroki.

"Imajinasi saya secara emosional diperluas karena saya membayangkan yang mengikuti misa bisa umat dari mana-mana termasuk dari luar negeri. Misalnya, waktu misa Minggu Palma kemarin, ada beberapa puluh umat dari Amerika Serikat dan Australia," katanya.

Umat pun bisa mengikuti misa di mana pun secara virtual. Ini memungkinkan, lanjut dia, sebab gereja Katolik memiliki ritus Romawi yang kurang lebih sama di seluruh dunia. Umat pun diajak untuk menyadari bahwa 'gereja' bukan hanya bangunan fisik tetapi juga umat beriman.

"Tidak pergi ke gereja bukan berarti gereja mati, Gereja tetap hidup dan berkembang jika hidup beriman umat tetap dijaga lewat sarana-sarana yang ada termasuk internet dengan media sosialnya," imbuhnya.

Kini gereja pun berkawan dengan keterbatasan akibat virus corona. Pelayanan buat umat pun tetap diutamakan. Benny berinisiatif untuk membuat Google Form untuk mengumpulkan intensi misa. Biasanya umat yang memiliki permohonan khusus dan ingin didoakan saat misa, mereka menuliskan dan menyampaikannya jelang misa.

Khusus selama masa karantina, umat bisa menuliskan intensinya sehingga langsung bisa dikumpulkan untuk didoakan. Intensi pun beragam seperti peringatan arwah, kesehatan, juga ulang tahun.

Pastor: Misa Online, Paskah, dan 'Berkawan' dalam Kerinduan Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

"Romo akan mendoakan intensi seturut tanggal, umat ada isi tanggal berapa minta didoakan. Kemudian akan didoakan saat romo memimpin misa atau saat misa pribadi," ucap Benny.

Sementara itu, momen karantina seperti sekarang jadi kesempatan untuk berefleksi. Menurutnya, manusia diajak untuk menyadari keterbatasan dirinya seperti terbatas secara fisik, sumber daya dan pengetahuan. Namun secara rohani, Tuhan punya cara tak terbatas untuk menyapa umat-Nya.

Tak bisa dimungkiri, timbul rasa rindu akan perjumpaan fisik di gereja. Rasanya memang berbeda mengikuti misa di gereja dan misa di rumah dengan menatap layar monitor atau televisi. Namun tanpa disadari, manusia terkoneksi satu sama lain.

"Hal yang sama juga juga kita alami secara rohani. Walaupun kita secara fisik tak pernah melihat dan mendengar suara Tuhan, toh kita tetap bisa terhubung dengan-Nya dan merasakan kehadiran-Nya,"imbuhnya.

Rindu Umat, Rindu Salah Nada Koor

Paroki Kalvari, Lubang Buaya

Bangunan Gereja tanpa umat di dalamnya juga dirasakan di Paroki Kalvari, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pastor Kepala paroki Kalvari, Johan Ferdinand Wijshijer mengungkapkan bahwa peralihan ke misa online sudah dilakukan sejak tiga minggu lalu, setelah KAJ mengumumkan ditiadakannya ibadah di Gereja.

"Misa online bukan pertama kali kami lakukan. Ada beberapa kali pernah kami lakukan sebelumnya. Namun misa online tanpa umat kali ini sangat istimewa.

"Saya sungguh merasa kan sepi dan kehilangan, sedih sekali rasanya membayangkan kerinduan umat menyambut Ekaristi," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com.

Tantangan demi tantangan pun dirasakan oleh pria yang disapa Romo Fe dan pastor rekan di Kalvari. Dari mempersiapkan kabel, jaringan kuat, aplikasi khusus, sampai rekaman paduan suara untuk membuat misa lebih meriah meski tanpa umat di Gereja.

ilustrasi misa onlineFoto: ANTARA FOTO/Paramayuda
ilustrasi misa online

Meski demikian keinginan untuk tetap melayani dan memberikan oase kesejukan di tengah pandemi ini lebih kuat. Walau tetap ada kerinduan pada umat yang biasa ditemuinya. Umat di paroki yang dipimpinnya ini disebut sangat taat pada anjuran dan imbauan pemerintah untuk mengikuti ibadah di rumah.

"Secara mental, suasana sungguh sangat mengharukan. Maka harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri agar tidak menangis saat misa. Setiap imbauan terasa sangat personal untuk sungguh menjaga umat tetap aman dan selamat dari pandemi."


"Saya rindu hampir di setiap bagian. Karena dalam misa yang biasa kan selalu ada sahutan atau tanggapan dari umat. Rindu mendengar kesalahan nada dari paduan suara," candanya.

"Rindu mendengar seruan umat melantunkan lagu Bapa Kami. Serta terakhir saat memberkati umat saya tidak menatap seorang pun di hadapan saya. Saya berdoa semoga Allah melindungi umat saya..."

Di tengah kerinduan untuk berkumpul dan memuji Tuhan setiap minggu, dan terlebih saat Perayaan Paskah kali ini, dia dan pastor-pastor lainnya tetap mencari cara terbaik untuk bisa memberkati umat dengan doa.

"Keprihatinan itu demikian besar hingga kami selalu mencari cara agar umat selamat dari pandemi. Saya bahkan melarang umat mengantar makanan ke pastoran walau biasanya hal itu dilakukan umat."

"Kebanyakan pastor sudah terbiasa dengan isolasi diri, terbiasa dengan mendoakan umat secara pribadi dan sejak awal formasi dilatih berada dalam kesendirian."

Terhitung tiga minggu sudah, misa di paroki Kalvari dilakukan secara online. Namun Romo Fe tak memimpin misa untuk Tri Hari Suci (Kamis Putih, Jumat Agung, dan Paskah). Semuanya dipusatkan untuk mengikuti Misa bersama Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo yang ditayangkan langsung di televisi.

Dia yakin, ibadah di rumah tak akan mengurangi kekhusyukan ibadah. Nyatanya, setelah misa online ini berlangsung, dia banyak informasi tentang umat di wilayahnya yang setia beribadah.

"Tidak perlu foto tapi sekedar berita dari ketua lingkungan, atau dari umat yang bersangkutan bahwa mereka setia beribadah di rumah, melakukan tindakan kreatif (lewat online) membantu sesama warga dan umat di lingkungan masing-masing."

"Misalnya dengan pesan makanan dari catering yang dadakan dibuat oleh umat, saling berbagi sembako terhadap umat lain yang membutuhkan, berita-berita mereka menjaga Physical distancing dengan kreatif, kisah-kisah umat mempertahankan nafkah secara kreatif. Itu semua sangat menghibur."

Karantina, physical distancing, dan imbauan untuk ibadah di rumah tak seharusnya jadi hal yang menurunkan kualitas iman seseorang. Yang harus disadari, keimanan seseorang adalah hubungan intim manusia dengan Tuhan yang ada di dalam hati. Tak dimungkiri, ada perasaan hampa ketika tak berjumpa dan beribadah bersama, namun semua ini akan berakhir dalam waktu Tuhan yang tepat.

"Tetaplah bersemangat dalam iman Kristus, membangun persaudaraan walau sementara menunda perjumpaan... Ini saatnya menjadi cahaya dalam kegelapan harapan, garam di tengah suasana hambar karantina..." (els/chs)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Vfc3Mo

April 12, 2020 at 11:16AM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Pastor: Misa Online, Paskah, dan 'Berkawan' dalam Kerinduan"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.