Koordinator Komunitas KRLmania Nurcahyo mengatakan para pengguna kereta jelas paling dirugikan jika memang KRL dihentikan sementara. Pasalnya bagi banyak pengguna, KRL adalah satu-satunya pilihan.
Karena itu penumpang KRL tetap banyak di tengah imbauan jarak sosial atau jarak fisik di masa PSBB Ini.
Nurcahyo mengatakan, para roker bukan tak takut terinfeksi corona. Semua juga pasti khawatir. Namun jika hanya memikirkan takut, sama saja tidak naik kereta. Tidak naik kereta sama saja tidak bekerja.
"Bukannya pada tidak tau resiko covid-19 ya, sama juga kayak simalakama juga kan? Naik KRL kita ngeri, enggak kerja ya gimana?" kata Nurcahyo saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (17/4).
KRL bagi Nurcahyo juga alat transportasi terjangkau dan bisa diandalkan dari segi ketepatan waktu.
"Memang KRL yang paling jadi andalan bagi kaum minimalis yang ongkosnya pas-pasan," katanya.
Nurcahyo menegaskan, bukan berarti para pengguna kereta menolak PSBB untuk mencegah penularan corona. Nurcahyo menyarankan, jika memang KRL akan dihentikan, maka semua transportasi publik juga harus dihentikan sementara.
Selain itu, perusahaan dan kantor diliburkan semua sehingga tak ada kewajiban karyawan datang ke tempat kerja.
"Jangan tanggung-tanggung PSBB-nya," ujarnya.
Ia mengingatkan, transportasi di Jabodetabek sudah terpadu. Penghentian satu moda akan berpengaruh pada moda yang lain.
Selain itu, jika wacana tersebut benar diberlakukan, Nurcahyo meminta kepada Pemerintah untuk memberikan perhatian lebih kepada para pekerja sektor informal yang bergantung kebutuhan dapurnya pada pekerjaan yang tidak bisa diliburkan.
"Sebenarnya istilahnya bukan kompensasi ya, pemerintah harus perhatian kepada teman-teman sektor informal yang harus kerja keluar rumah. Entah disediakan transportasi selain KRL atau dikasih Bantuan sosial atau apa, jangan cuma wacana setop KRL saja tapi dipikir juga dampaknya," ungkapnya.
Ia berharap Pemerintah dapat mendengar keluh warganya soal akses transportasi dan pemenuhan kebutuhan hidup warga sehari-hari dalam masa PSBB di tengah pandemi covid-19 ini.
"Intinya penyetopan KRL enggak bikin susah orang," katanya.\
Pengguna KRL yang lain juga senada dengan Nurcahyo. Destiani seorang pengguna KRL di Stasiun Manggarai berharap KRL tetap beroperasi meski dengan pembatasan.
"Kalau bisa jangan sampai stop beroperasi lah, kereta kan transportasi paling kita andalkan," kata warga Tangerang itu seperti diansir dari Antara.
Destiani mengaku setiap hari ia berangkat kerja dari Tangerang menuju Stasiun Manggarai begitu pula sebaliknya.
Menurut dia, kereta paling diandalkan karena efisien waktu, praktis, dan lebih aman dari pada menggunakan kendaraan pribadi.
"Kalau saat ini riskan rasanya naik kendaraan pribadi, apalagi ada PSBB gini, pasti ada pemeriksaan, apalagi kalau tidak satu KTP," katanya.
Selain lebih capek jika menggunakan kendaraan pribadi, Destiani juga khawatir dengan keselamatan dan keamanan berkendaraan pribadi di situasi saat ini.
Menurut Destiani, perubahan jadwal kereta karena adanya pandemi saja sudah mengubah aktivitasnya sehari-hari, apalagi pekerjaannya sebagai karyawan bank adalah sektor yang dibolehkan tetap bekerja walau ada PSBB.
Hari-hari sebelum pandemi COVID-19, Destiani berangkat dari Tangerang pukul 06.40 WIB, masuk kantor dari jam 08.15 sampai dengan 17.30.
Selama pandemi, jam berangkat dari Tanggerang 05.50 WIB masuk kantor jam 09.00 dan pulang kantor jam 16.30 WIB.
Destiani beruntung kantornya memberlakukan sistem bekerja dari rumah secara bergiliran, yakni satu hari masuk satu hari libur. Sehingga masih tetap bisa rileks beraktivitas di tengah pandemi.
Jarak fisik diimbau diberlakukan dalam perjalanan KRL. (Dok. Istimewa)
|
"Situasi saat ini aja dengan kondisi perjalanan kereta dibatasi sudah menguras tenaga, apalagi kalau distop tambah khawatir lagi," katanya.
Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap KRL dihentikan sementara. Targetnya pada Sabtu (18/4) atau berbarengan dengan pelaksaan PSBB di wilayah Tangerang Raya.
Sejauh ini Kementerian Perhubungan belum berencana menghentikan KRL Jabodetabek.
Direktorat Jenderal Perkeretaapian menyatakan bahwa kereta perkotaan atau kereta rel listrik (KRL) tetap beroperasi namun dibatasi menyusul usulan kepada daerah terkait penghentian operasi sementara guna memaksimalkan PSBB.
Prinsip utama pengendalian adalah pembatasan jumlah penumpang baik pada kereta antar kota maupun perkotaan," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri. (khr/sur)
https://ift.tt/2XH4hxT
April 18, 2020 at 08:49AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Teriakan 'Roker' di Antara Corona dan Laju KRL Jabodetabek"
Posting Komentar