Menonton di Layanan Streaming, 'New Normal' akibat Pagebluk

Jakarta, CNN Indonesia -- Pandemi Covid-19 yang turut melanda Indonesia mengubah banyak hal. Salah satunya adalah kebiasaan mengakses layanan streaming sebagai sarana hiburan yang kini menjadi bagian dalam kehidupan 'new normal'.

Hal itu terlihat dari data JustWatch, salah satu layanan panduan streaming dengan 20 juta pengguna di 40 negara dalam lima tahun terakhir. Mereka mengumpulkan ratusan platform streaming dan memudahkan pengguna menonton film dan serial secara legal.

Berdasarkan data JustWatch yang diterima CNNIndonesia.com, Mei 2020, sebagian besar layanan streaming legal di Indonesia mengalami lonjakan sejak pertengahan Maret 2020.


Mulai dari Netflix yang mengalami lonjakan pelayanan hingga 298 persen, Catchplay 358 persen, Viu 421 persen, hingga iflix 518 persen.

Lonjakan itu salah satunya berasal dari para pelanggan baru yang memilih layanan streaming legal sebagai hiburan kala pandemi, ketika bioskop ditutup, film baru dibatalkan, dan akses internet jadi lebih lama dibanding biasanya.

Mini Infografis Para Pemain Layanan Streaming di IndonesiaPara Pemain Layanan Streaming di Indonesia. (CNNIndonesia/Basith Subastian)

Seperti yang terjadi dengan Nidya. Selama dua bulan terakhir, alias selama kebijakan tetap di rumah yang diberlakukan sejak pertengahan Maret 2020, mengakses layanan streaming legal adalah bagian 'new normal' dirinya.

Nidya merupakan pelanggan baru bagi layanan streaming legal. Ia menyebut sistem bekerja dari rumah membuat dirinya banyak memiliki waktu kosong akibat tak perlu bersiap diri untuk ke kantor dan bekerja.

Waktu lowong itu, ia alihkan untuk menonton secara streaming.

Nidya mengaku sempat pula mengakses layanan streaming ilegal yang sejak awal tahun telah diburu untuk ditutup oleh pemerintah. Namun kini ia lebih memilih yang legal, bahkan hingga langganan di dua platform.

"Soalnya ribet dan capek nyari laman buat nonton [secara ilegal]. Kalau ilegal juga banyak iklan-iklan yang inappropriate. Ganggu banget muncul-muncul," kata Nidya, Mei 2020.

"Jadi, langganan saja. Lebih gampang,"

Hal serupa disampaikan Aulia. Berlangganan layanan streaming legal menjadi keputusan yang diambil kala bekerja di rumah karena merasa perlu hiburan selain bermain gim di gawai.

Slow internet, video load and download speed. Watching movie online. Loading icon on screen. Frustrated angry person with poor and bad broadcast connection for entertainment. Man with mobile phone.Pandemi yang turut melanda Indonesia mengubah banyak hal, salah satunya adalah kebiasaan mengakses layanan streaming sebagai sarana hiburan. (Istockphoto/ Tero Vesalainen)

Kini, kedua anak milenial tersebut tengah menggandrungi kebiasaan new normal itu meski harus menyisihkan uang lebih banyak.

Dengan berlangganan layanan streaming legal yang biasanya mematok harga untuk periode tertentu, biaya yang dikeluarkan jelas bukan hanya uang untuk membeli kuota internet.

Meski harus mengeluarkan uang lebih besar, Nidya mengaku tak memiliki siasat khusus dalam pengaturan keuangan. Hanya saja, ia banyak memanfaatkan promo dan paket yang termurah.

"Kalau Netflix kan pilih paket yang paling murah. Nah kalau Viu kan banyak juga tuh drama Koreanya yang gratis. Jadi ya enggak ada pengaturan khusus sih," kata Nidya.

Sedangkan bagi Aulia, biaya langganan layanan streaming legal dirasa tak terlalu berpengaruh. "Ngaturnya enggak terlalu sulit karena enggak berpengaruh ke pengeluaran sehari-hari, toh biaya langganannya tidak begitu besar," ucap Aulia, dalam kesempatan terpisah.

Hal sedikit berbeda diungkapkan oleh Tyo. Pekerja swasta yang telah berlangganan layanan streaming sebelum pagebluk ini sempat merombak anggaran keuangannya demi menyesuaikan antara keinginan menikmati hiburan secara legal, kebutuhan lain kala pandemi yang bertambah, dan kemampuan finansial.

Ia mengaku sebagai pelanggan Netflix, namun kadang merambah ke Viu kala ada drama Korea yang hanya tayang di layanan streaming asal Hong Kong tersebut. Pilihan hanya langganan sekali atau tidak berlanjut pun ia pilih sebagai siasat mengatur keuangannya.

"Satu sisi situs legal itu nyaman dan aman, tapi memang butuh biaya lebih besar dari akses ilegal. Makanya pinter-pinter mengatur sih biar enggak boncos gara-gara streaming," kata Tyo.

"Belum lagi mesti cari jaringan WiFi atau beli kuota provider lain yang tidak memblokade layanan streaming tertentu," lanjutnya sambil tertawa. "Kalau tidak ada blokade-blokade dari provider untuk layanan streaming tertentu sih bakal memudahkan sekali,"

Secara umum, Indonesia bukan satu-satunya yang mengalami lonjakan akses layanan streaming karena pandemi.

Menurut riset Media Partners Asia (MPA), Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami lonjakan streaming video hingga 60 persen dalam empat bulan terakhir, selain Malaysia, Filipina, dan Singapura.

"Dengan gangguan dan langkah-langkah lockdown yang diberlakukan selama pandemi Covid-19, total konsumsi mingguan streaming video online mencapai 58 miliar menit pada 11 April 2020 dibandingkan 36,4 miliar pada 20 Januari," tulis laporan tersebut.

Dalam riset tersebut, MPA menyebutkan jumlah menit dan pelanggan Viu tergolong terus bertambah di kawasan Asia Tenggara yang sebagian besar disebabkan konten Korea.

Sementara itu, Netflix juga mendapatkan peningkatan pelanggan berkat konten Korea, anime, serta konten original dari Amerika Serikat dan Eropa.

Mini Infografis Contagion, Film Paling Dicari kala PandemiContagion, Film Paling Dicari kala Pandemi. (CNNIndonesia/Basith Subastian)
(chri/end)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/3bZF0T8

May 24, 2020 at 07:15AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Menonton di Layanan Streaming, 'New Normal' akibat Pagebluk"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.