
"Akibatnya, untuk pertama kali dalam sejarah, Indonesia mengalami defisit perdagangan barang walau hanya US$431 juta," ujar Faisal dikutip dari situs pribadinya, Senin (11/2).
Banyak pihak yang menuding kenaikan impor minyak sebagai biang keladi kenaikan defisit perdagangan. Tak heran melihat impor minyak yang tahun lalu yang naik dari US$22,9 miliar menjadi US$29,2 miliar. Akibatnya, defisit minyak naik dari US$12.8 miliar menjadi US$18,4 miliar.
"Meski demikian, minyak ternyata bukan penyabab utama defisit perdagangan barang. Yang menjadi penyebab utama defisit perdagangan barang adalah surplus perdagangan nonmigas yang merosot tajam," jelas dia.
Berdasarkan data BI, surplus perdagangan nonmigas tahun lalu 'terjun bebas' dari US$25,26 miliar menjadi US$11,17 miliar. Hal ini seiring dengan pertumbuhan impor barang yang mencapai 18,8 persen, sedangkan ekspor hanya tumbuh 6,37 persen.
"Perdagangan barang tertolong oleh surplus gas yang naik US$1,3 miliar," ungkap dia.
Kondisi defisit perdagangan barang turut membuat neraca perdagangan Indonesia pada tahun lalu mencatatkan defisit terbesar sepanjang sejarah. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia defisit US$8,57 miliar. (agi)
http://bit.ly/2DuZ2p4
February 12, 2019 at 01:06AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Defisit Perdagangan Barang 2018 Pertama dalam Sejarah"
Posting Komentar