
Mereka sebelumnya bekerja sebagai buruh kasar, supir taksi, nelayan dan pedagang. Dilansir dari AFP, Selasa (12/2), ratusan warga pendatang Venezuela itu kini bekerja di perkebunan daun koka karena butuh pemasukan, tetapi juga terjebak dalam sindikat narkoba.
Salah satu pendatang, Eduar (23), mengatakan dia dan imigran Venezuela lainnya tidak pernah membayangkan akan bekerja untuk sindikat narkoba. Ayah dari dua anak ini datang ke Kolombia sekitar dua tahun lalu, meninggalkan pekerjaannya sebagai pengemudi ojek setelah inflasi tak terkendali hingga 1,3 juta persen di Venezuela membuat tabungannya tidak berarti.
Eduar lantas mengadu nasib ke wilayah perbatasan Catatumbo, Kolombia dimana awalnya ia mengira bisa bekerja sebagai buruh bangunan. Kini dia menghabiskan sepuluh jam sehari, saat terik atau diguyur hujan, memanen daun koka.
Eduar mengaku dia kerap tidak tahan dengan teriknya panas, sehingga terkadang memutuskan melepas sepatunya dan menggosok kaus kakinya yang tipis dengan daun koka. Namun, dari pekerjaannya itu dia bisa menghasilkan sekitar US$144 (sekitar Rp2 juta) dalam sebulan, tiga kali lebih banyak daripada pekerjaan sebelumnya.
Seperti imigran Venezuela lainnya, Eduar tetap bertahan hidup dan mengirimkan sisa gajinya ke keluarganya di rumah.
Dulu hanya orang orang Kolombia yang datang ke Catatumbo, sebuah wilayah yang dipenuhi oleh markas kelompok-kelompok bersenjata sejak 2017.
Sejak 2016, para pekerja Kolombia harus bersaing dengan para imigran Venezuela untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.
Wilayah tersebut merupakan tempat yang berbahaya untuk bekerja, dimana telah terjadi berbagai macam konflik dan sarang pengedar narkoba.
Warga Venezuela lainnya, Naikelly Delgado (36), pada tahun 2016 datang ke kota kecil Pacelli di Kolombia bersama saudara perempuannya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai juru masak. Namun, dia juga akhirnya bekerja di perkebunan koka karena penghasilannya lebih menjanjikan.
Setelah hari pertama bekerja, ia bahkan tidak bisa mencuci pakaiannya.
"Tangan sudah ditutupi oleh infeksi jamur, sampai berubah warna," kata Naikelly.
Ia merasa bersalah karena telah terlibat dalam kejahatan ini dan meminta ampunan kepada Tuhan.
Endy Fernandez (36) yang juga warga Venezuela ikut terpikat bekerja di ladang koka. Mantan penjual susu dan buruh bangunan itu harus berjalan kaki berjam-jam demi pekerjaan dengan upah lumayan itu.
Meski begitu, gelombang para imigran Venezuela ke Kolombia tidak membawa dampak bagi kesejahteraan penduduk setempat. Sebab menurut Wali Kota setempat, Gerson Villamizar, para pendatang itu memilih mengirim uang mereka kembali ke negaranya.
"Secara keseluruhan, imigran Venezuela bekerja dan kemudian mengirimkan uangnya ke rumah. Jadi uang itu tidak beredar disini dan itu berdampak negatif terutama bagi pemilik toko," katanya.
[Gambas:Video CNN] (ham/ayp)
http://bit.ly/2DC4g2q
February 13, 2019 at 03:34AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Para Pendatang Venezuela yang Berakhir di Ladang Koka"
Posting Komentar