Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi salah satu daerah yang menggelar pemilihan umum dalam Pilkada Serentak 2020. Sejauh ini dua bakal pasangan calon (bapaslon) akan 'bertarung' memperebutkan hati warga Surabaya untuk memimpin Kota Pahlawan tersebut.
Para paslon Pilkada Surabaya itu adalah Eri Cahyadi-Armuji dan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno. Eri Cahyadi dan Machfud akan memperebutkan kursi Wali Kota Surabaya yang selama dua periode ini diduduki Tri Rismaharini (Risma).
Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Aribowo menilai kedua paslon tersebut memiliki kekuatan yang berimbang. Mereka dianggap setanding-sebanding.
"Mereka imbanglah," kata Aribowo kepada CNNIndonesia.com, Senin (14/9).
Eri Cahyadi-Armuji maju dalam Pilkada Surabaya dengan diusung PDIP. PDIP tak berkoalisi dengan parpol lain di DPRD Surabaya untuk mengantar Eri-Armuji mendaftar ke KPU.
Aribowo menilai Eri sebagai seorang tokoh birokrat, yang memiliki relasi kedekatan dengan Risma. Eri telah lama malang melintang menukangi sejumlah dinas di Pemerintah Kota Surabaya. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
"Eri itu sebetulnya tidak terlalu dikenal. Dia baru dikenal setelah Risma 'menyatakan' penerus dia adalah Eri. Kalau lepas dari tangan Risma ya nothing Eri Cahyadi," ucapnya.
Calon wali kota Surabaya, Eri Cahyadi dinilai berupaya mendompleng popularitas Tri Rismaharini guna mendongkrak elektabilitas (Amir Baihaqi / Detikcom)
|
Beda dengan pendampingnya. Aribowo menyebut bahwa Armuji lebih dikenal masyarakat Surabaya. Armuji adalah kader PDIP yang selama empat periode berturut-turut selalu terpilih menjadi anggota DPRD.
"Armuji dia lebih lama, dia lebih dikenal masyarakat Surabaya. Basisnya jelas, dia selalu terpilih di DPRD," kata Aribowo.
Armuji bahkan menjadi Caleg PDIP untuk DPRD Provinsi Jatim yang meraih suara terbanyak lintas partai saat Pemilu 2019 lalu. Memperebutkan kursi DPRD Jatim dari Dapil 1 (Kota Surabaya), ia meraih 136.308 suara.
Lewat kapasitasnya tersebut, Armuji pun diharapkan bisa menjadi sosok yang merangkul dan menyolidkan faksi di tubuh PDIP yang goyah, buntut terhempasnya Whisnu Sakti Buana dalam bursa pencalonan internal partai.
Sementara itu untuk pesaing Eri-Armuji, Aribowo mengatakan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno memiliki pengalaman dan kematangan yang lebih dibanding rival mereka.
Machfud merupakan seorang purnawirawan perwira tinggi Polri yang pernah menjabat di sejumlah instansi kepolisian. Terakhir ia bertugas sebagai Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur (Kapolda Jatim).
"Machfud itu, pertama dia pengalaman jadi Kapolda, secara teritorial dia dikenal dan mengenal [rakyat dan kota Surabaya]," kata Aribowo.
Sedangkan wakilnya Mujiaman Sukirmo, adalah mantan Direktur Utama BUMD Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada, Surabaya. Jabatan itu diembannya selama tiga tahun terakhir.
Machfud Arifin-Mujiaman (Dok. Istimewa via detikcom)
|
Machfud dan Mujiaman saat ini telah mengantongi dukungan dari delapan koalisi partai pengusung. Mereka adalah Demokrat, PKB, PAN, PPP, NasDem, Golkar, Gerindra dan PKS. Hal itu menjadi kekuatan pasangan tersebut.
"Machfud itu dia diusung banyak partai. Kalau dia bisa memfungsikan partainya sampai ke bawah, mampu mampu menggerakkan mesin partainya, dia potensial untuk jadi lebih kuat," ucap Aribowo.
Terpisah, pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, mengatakan Pilkada Surabaya 2020 bakal berjalan sangat kompetitif. Ia membandingkan dua paslon yang akan berhadapan itu dengan energi usia dan kematangan pengalaman.
"Dari sisi usia Eri-Armuji lebih diuntungkan karena mereka belum pensiun. Kalau dari sisi pengalaman Machfud-Mujiaman lebih diuntungkan karena banyak memimpin berbagai instansi dan lembaga," ucap Surokim.
Machfud-Mujiaman dinilai perlu mewaspadai kiprah Eri-Armuji. Ia menyebut nama besar Risma di belakang Eri-Armuji bisa menjadi sebuah keuntungan bagi pasangan tersebut. Belum lagi dukungan PDIP yang merupakan partai pemenang dalam setiap Pilwalkot di Surabaya.
"Eri - Armuji cukup diuntungkan karena didukung oleh PDIP yang selama ini cukup solid tingkat dukungannya. Pemilih yang memilih partai dan memilih paslon paling tinggi," kata Surokim.
Kendati demikian, kata Surokim, Machfud juga menyimpan kekuatan politiknya yang lain. Itu tak terlepas dari portofolio Machfud sebagai Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jatim Jokowi-Ma'ruf pada Pemilu Presiden 2019.
Machfud dianggap memiliki peran penting untuk mengkonsolidasikan mesin politik di Jatim sehingga berhasil memenangkan Jokowi-Ma'ruf sebanyak 16.231.668 suara atau 65,7 persen.
"Kalau dia bisa recall dan mengingat nama Machfud menjadi Ketua TKD, maka strong voter loyalis Jokowi yang nonpartai itu bisa memilih dia," ujar Surokim.
Sementara, pemilih Jokowi-Ma'ruf yang lebih memberikan suaranya berdasarkan partai dan ideologis, tentu akan lebih menjatuhkan pilihan ke Eri-Armuji yang diusung PDIP.
Satu hal lain yang mesti benar-benar diperhatikan para paslon, kata Surokim, pemilih Surabaya memiliki karakteristik yang lebih rasional. Pemilih akan lebih dulu melihat bagaimana kapasitas, kapabilitas, integritas hingga program-program para calon.
Hal itu lah yang membuat Pilkada Surabaya 2020 akan lebih kompetitif. Para pemilih akan menunggu bagaimana performa calon pemimpinnya di debat-debat paslon nanti, dan mempersandingkannya.
"Menurut saya kemampuan paslon lah akan menentukan dan memperebutkan suara pemilih Surabaya yang rasional," katanya.
(frd)https://ift.tt/3mOkLhS
September 24, 2020 at 07:13AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Arena Sengit Jenderal Polri vs Kader PDIP di Pilkada Surabaya"
Posting Komentar