![](https://awsimages.detik.net.id/visual/2016/02/19/3d01396b-3935-4dde-b208-9c0533f6f8a6_169.jpg?w=650)
"Hari ini adalah hari bersejarah bagi saya dan rakyat saya. Saya telah menyerahkan apa yang saya anggap sebagai tulang rangka rakyat Papua Barat, karena telah banyak orang yang mati terbunuh," ucap Pemimpin ULMWP, Benny Wenda, di Genewa, Swiss, seperti dikutip Reuters pada Senin (28/1).
Benny mengatakan bahwa di bawah pemerintahan Indonesia, warga Papua tak memiliki kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berkumpul.
"(Petisi) ini beratnya 40 kilogram, seperti buku terbesar di dunia," kata Benny.
Dalam pertemuannya dengan Bachelet, WNI yang tengah mengasingkan diri di Inggris itu juga mengatakan keduanya sempat membicarakan situasi di wilayah Nduga, ketika 11 orang tewas saat melarikan diri dari TNI beberapa waktu lalu.
Sementara itu, juru bicara komando militer di Provinsi Papua, Mohammad Aidi, membantah tuduhan tersebut yang dianggap tidak berdasar.
"Dia (Benny) tidak dapat menunjukkan bukti dari apa yang telah ia tuduhkan terhadap pemerintah Indonesia dan militer. Justru, Gerakan Pembebasan Papua (OPM) lah yang telah membunuh rakyat-rakyat sipil tidak bersalah," ucap Aidi.
Sejak saat itu, militer terus mengerahkan operasi penangkapan para anggota KKB. Namun, Gubernur Papua, Lukas Enembe, meminta pemerintah menarik mundur pasukan TNI dan Polri dari Nduga karena operasi militer membuat penduduk trauma.
Meski begitu, militer menolak permintaan pemerintah daerah tersebut dengan terus menggencarkan perburuan ke wilayah-wilayah pedalaman di kabupaten itu hingga hutan-hutan di dekat perbatasan dengan Papua Nugini. (rds, has)
http://bit.ly/2HyAfpq
January 28, 2019 at 05:51PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Diteken 1,8 Juta Orang, Petisi Referendum Papua Dibawa ke PBB"
Posting Komentar