Pernyataan Hendrar itu disampaikan saat menghadiri silaturahmi Jokowi dengan Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah (PPJTl di Semarang Town Square, Semarang, pada Sabtu (2/2) lalu.
"Itu hanya gocekan, yang namanya tol mana bisa dipilih. Itu hanya gocekan bahwa Wali Kota Semarang itu mengapresiasi hasil kerja Jokowi dan mari lihat secara objektif prestasi pemimpin," ucap Hasto usai menghadiri deklarasi dukungan alumni Kolese Kanisius untuk Jokowi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/2).
Begitu pula dengan aksi tagar #YangGajiKamuSiapa akibat dialog Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara dengan salah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) kementeriannnya ketika acara internal terkait pemilihan dua desain stiker Pilpres 2019.
Dalam dialog tersebut, Rudiantara menanyakan alasan seorang pegawainya yang memilih desain stiker nomor dua. Pegawai itu beralasan memilih sesuai keyakinannya. Tak lama berselang, Rudiantara justru menanyakan siapa yang menggaji pegawai itu dan kemudian menjawabnya bahwa pemerintah yang menggaji, bukan keyakinan si pegawai.
"Itu juga hanya sebuah pertanyaan yang disampaikan kepada aparatur sipil negara untuk menegaskan bahwa mereka masih mendapat gaji dari pemerintah untuk tujuan bernegara," ujarnya.
Lebih lanjut ia meminta masyarakat tidak mudah tersulut dan berasumsi ada kampanye di balik isu-isu yang belakangan ini muncul. Sebab, ia menyatakan hal tersebut memang tak serta merta merupakan bentuk kampanye untuk kubu capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf.
"Jangan gara-gara pemilu kemudian semua dianggap persoalan yang negatif. Ini tidak ada kaitannya dengan pilpres, sejak awal sudah ditegaskan oleh Pak Rudiantara," ucapnya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. (CNN Indonesia/Aghnia Rahmi Syaja'atul Adzkia)
|
Sementara kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menganggap sindiran Rudiantara telah menunjukkan sikap yang lebih kejam dan sadis dari rezim Orde Baru. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Ferdinand Hutahaean mengatakan ucapan Rudiantara merupakan bentuk penekanan dan penindasan.
"Ini sekarang ditekan dan ditindas, maka sesungguhnya ini lebih kejam dan sadis dari Orde Baru," kata Ferdinand kepada CNNIndonesia.com.
Politikus Partai Demokrat itu menganggap hal yang dilakukan oleh Rudiantara berbeda dengan situasi rezim Orde Baru, di mana ASN memilih Partai Golkar karena merasa sebagai sebuah kewajiban dan bukan atas dasar tekanan.
"Di Orde Baru, mereka itu tidak ada yang merasa ditekan, walau kita tahu dulu semua harus jadi Golkar. Mereka (ASN) merasa sudah kewajiban pendukung Golkar, itu mereka lakukan tanpa tekanan dan ditindas," kata dia.
(uli/dea)
http://bit.ly/2MLZUds
February 03, 2019 at 10:09PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PDIP Sebut Omongan Wali Kota Semarang soal Tol Cuma Gocekan"
Posting Komentar