Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.093 per dolar AS, atau melemah dibanding sehari sebelunya Rp14.027 per dolar AS.
Sore ini, sebagian mata uang utama negara-negara Asia juga menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Peso Filipina menempati posisi buncit dengan pelemahan mencapai 0,62 persen terhadap dolar AS. Kemudian disusul oleh rupee India yang mengalami pelemahan 0,37 persen dan won Korea Selatan 0,31 persen.
Yuan China juga ikut melemah 0,23 persen dan diikuti oleh ringgit Malaysia yang keok 0,14 persen, serta yen Jepang 0,03 persen.
Di sisi lain, dolar Hong Kong dan dolar Singapura tercatat menguat terhadap dolar AS masing-masing 0,02 persen dan 0,07 persen. Baht Thailand bahkan menguat 0,08 persen, paling kuat di Asia.
Mata uang negara-negara maju juga menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS, seperti poundsterling Inggris yang melemah 0,14 persen. Hanya saja, euro dan dolar Australia menunjukkan penguatan sebesar 0,01 persen dan 0,22 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan hari ini rupiah benar-benar dibuat tersungkur oleh sentimen eksternal. Pertama, masalah perang dagang. Hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai hak intelektual perusahaan AS di China sebagai bagian dari kesepakatan perang dagang.
Kalau memang belum ada kesepakatan hingga mendekati tenggat 1 Maret, ada kemungkinan AS tetap jadi menerapkan bea masuk sebesar US$200 miliar bagi produk asal China. Ketidakpastian ini tentu bikin investor memilih instrumen investasi yang minim risiko.
Sentimen kedua adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau biasa disebut Brexit yang sampai saat ini masih belum menemui titik temu.
Sejatinya, Brexit akan berlangsung 29 Maret nanti. Namun, Perdana Menteri Inggris Theresa May masih melakukan negosiasi dengan parlemen Inggris terkait dua opsi. Apakah Inggris bisa keluar dair Uni Eropa tanpa syarat, atau ada perpanjangan terkait tenggat Brexit.
"Fluktuasi rupiah ini masih tergantung dari perang dagang dan Brexit. Apalagi statement Trump ini berubah-ubah, sehingga rupiah pun ikut tersungkur," jelas Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/2).
Kemudian, lanjut dia, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia. Saat ini, harga minyak jenis Brent sudah menyentuh US$54,58 per barel dan dikhawatirkan akan menembus US$56 per barel. Akibatnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa nilai impor minyak Indonesia akan membengkak dan nantinya memberatkan neraca transaksi berjalan.
"Jadi memang, hari ini ada ketakutan bahwa rupiah akan terus melemah. Dan memang saat ini sudah melemah mendekati Rp14.100," jelasnya. (glh/agi)
http://bit.ly/2BAtqym
February 14, 2019 at 11:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupian Makin Lunglai, Dolar AS Dekati Rp14.100"
Posting Komentar