Ulasan Film: 'Antologi Rasa'

Jakarta, CNN Indonesia -- Hanya ada satu rasa kala menonton Antologi Rasa, rumit. Serumit kala membaca novelnya karya Ika Natassa yang menggambarkan drama perasaan antara Harris, Keara, Ruly, dan Denise.

Tak banyak film adaptasi dari buku yang mampu menciptakan rasa yang sama antara saat membaca dengan ketika menonton di layar lebar. Antologi Rasa merupakan salah satu yang berhasil, meski dengan beberapa catatan.

Antologi Rasa dibuka dengan kepergian Harris (Herjunot Ali) dan Keara (Carissa Perusset) ke Singapura. Bagian awal ini dibuka dengan adegan yang maju mundur lengkap dengan narasi isi hati para tokoh.

Saat membaca novel Antologi Rasa, akan sulit menebak bagaimana jadinya film yang kemudian disutradarai Rizal Mantovani ini.


Novel Antologi Rasa punya alur maju mundur dan bercerita dari sudut pandang semua karakter. Perasaan masing-masing tokoh tergambar jelas dalam bukunya.

Rizal pun kemudian terlihat menyiasati gaya Ika Natassa itu dengan menggunakan narasi yang berpindah dari satu adegan ke adegan lainnya, sama seperti di buku.

Hanya saja cara bercerita seperti ini rawan membuat bingung penonton yang belum membaca novelnya. Seorang kawan yang belum membaca bukunya bahkan menyebut beberapa adegan terasa loncat di awal.

Ulasan Film: Antologi RasaKredit pujian patut diberikan untuk Carissa Perusset yang tergolong pendatang baru dalam memainkan sosok Keara. (dok. Soraya Intercine Films)

Akting Herjunot sebagai Harris, pria tampan asyik idaman wanita, di bagian awal sebenarnya terasa agak berlebihan. Namun dia bisa beradaptasi memainkan tokoh Harris dengan baik seiring dengan berjalannya film.

Kredit pujian patut diberikan untuk Carissa yang tergolong pendatang baru dalam memainkan sosok Keara. Begitu pula dengan Refal Hady yang berakting sebagai Ruly.

Tak seperti di novel, beberapa karakter dan cerita dihilangkan di dalam film. Tindakan ini sebenarnya wajar dilakukan pada film yang diangkat dari novel.

Ulasan Film: Antologi RasaAkting Herjunot Ali sebagai Harris, pria tampan asyik idaman wanita, di bagian awal sebenarnya terasa agak berlebihan (dok. Soraya Intercine Films)

Akan tetapi, penghilangan karakter dan pemadatan cerita itu sebenarnya membuat gambaran sosok Keara dan Ruly menjadi terasa kurang utuh, bagi mereka yang sudah membaca novelnya.

Kendati demikian, hal ini sejatinya bukan masalah besar karena membuat film fokus pada cerita cinta bersegi antara Harris, Keara, dan Ruly.

Ditambah dengan alunan lagu pengiring dari D'Masiv, Nidji dan Geisha terutama pada lagu Rahasia. Lagu ini seolah menggambarkan perasaan yang terpendam dari para tokoh.


Gejolak cinta Harris, Keara, Ruly yang rumit dan membuat penonton menghela napas sepanjang film ternyata ditutup dengan akhir yang manis. Sebuah adaptasi dari tim penulis Ferry Lesmana, Donny Dhirgantoro, dan Ika sendiri yang mampu membuat akhir film ini lebih baik daripada versi novelnya.

Terlepas dari hal lainnya, jika ukuran sukses film Antologi Rasa adalah mampu menghadirkan rasa yang sama seperti kala membaca novelnya -seperti yang diucapkan oleh Ika sendiri di hadapan media-, maka film ini terbilang sukses. Hal yang sama terjadi pada karya Ika sebelumnya, novel dan film Critical Eleven.

Kisah Antologi Rasa yang menceritakan sikap menyadari dan menerima ini cocok bagi Anda yang mencari cinta dalam semarak Hari Valentine, atau untuk yang telah menemukan namun tak bisa memiliki.

Antologi Rasa mulai tayang di jaringan bioskop seluruh Indonesia pada 14 Februari 2019.

[Gambas:Youtube] (end)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2DEsQzS

February 15, 2019 at 11:30PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ulasan Film: 'Antologi Rasa'"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.