
Djoko lahir di Surakarta pada 8 September 1952. Dia lulus dari akademi militer pada 1975 kemudian melanjutkan pendidikan kemiliteran di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) pada 1990 dan Lembaga Ketahanan Nasional pada 2005.
Djoko pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-24 pada 2005-2007 saat era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kariernya meningkat menjadi Panglima TNI ke-16 pada 2007-2010 saat negara masih dipimpin presiden yang sama.
Selama masa itu Djoko juga sempat menjadi Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ke-11 pada 2008-2012.
Pada 2018 Djoko dinyatakan sebagai Ketua BPN untuk mengawal Prabowo-Sandiaga ke Pilpres 2019. Pemilihannya sebagai ketua, seperti pernah dinyatakan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, sudah disetujui partai koalisi.
Prabowo sempat memberikan sebuah keris kepada Djoko pada 2018 saat berulang tahun ke-66. Prabowo menganggap Djoko sebagai kesatria, senopati, dan juga panglima.
Prabowo yang juga atasan Djoko saat menjadi prajurit TNI mengatakan selama memimpin selalu bersikap keras, namun dia belum pernah marah pada Djoko. Djoko juga disebut tidak lupa dengan komandannya walau jabatan dia pernah lebih tinggi ketika menjadi pemimpin puncak Panglima TNI."Tapi meski beliau jadi bintang empat, beliau tidak lupa dengan komandannya," kata Prabowo.
Pada 2019 Djoko menjabat sebagai Dewan Pembina Partai Gerindra. Djoko telah menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (10/5) di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta setelah dirawat karena pendarahan otak. (fea)
https://ift.tt/2AeXq58
May 10, 2020 at 09:43AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Djoko Santoso, Mantan Panglima Kesatria di Mata Prabowo"
Posting Komentar