Saksikan live streaming-nya di sini:
[Gambas:Video CNN]
Menengok ke belakang, Dhira sudah dekat dengan musik sejak umur empat tahun. Kedua orang tuanya bukan musisi profesional, tapi ibunya bisa memainkan piano dan kerap mendengarkan lagu disko dan RnB era 80an.
"Nyokap gue sering dengerin musik macam Barry White dan Stevie Wonder. Akhirnya gua mendengarkan musik-musik itu dan senang dengan bunyi-bunyi itu juga," kata Dhira saat berkunjung ke kantor beberapa waktu lalu.
Dhira seperti ketergantungan terhadap musik. Bahkan saat kecil ia sempat tidak mau pergi kalau di mobil tidak diputar lagu Dinda Dimana dan Negeri di Awan karya Katon Bagaskara. Atas dasar itu, ibunya memasukkan Dhira ke les piano saat kelas 1 Sekolah Dasar.
Alih-alih, Dhira tidak tertarik dengan piano, ia harus memaksakan diri mengikuti les sampai kelas 6 SD. Akhirnya pada kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia beralih les gitar. Ternyata ia lebih suka gitar ketimbang piano.
"Sempet les gitar tapi cuma dua kali pertemuan, gua males lanjutin les gitar karena ruangan les itu bau kaki. Akhrinya gua belajar gitar sendiri," kata Dhira sambil tertawa.
Sembari belajar gitar Dhira bergabung band beraliran punk dan death metal bersama teman SMP, sudah pasti ia menjadi gitaris. Kala itu teman-teman bingung memanggil Dhira apa karena ada Dhira yang lain. Akhirnya ia dipanggil Dhira Bongs, yang merupakan plesetan dari Dhira Bondung.
"Pada masa itu rebonding lagi hits banget. Rambut gue dulu enggak keriting kayak gini, lurus karena di-rebonding," kata Dhira.
![]() |
Bersama band punk dan death metal ini, Dhira sering main di panggung sekolahan. Kegiatannya di akhir pekan hampir selalu dipadati dengan musik. Ia sering membawakan lagu orang lain meski sebenarnya sudah memiliki lagu sendiri.
Seperti tak puas dengan dua band, Dhira bergabung dengan band beraliran ska sebagai gitaris pada 2009. Dhira menjelaskan band tersebut lebih sering manggung ketimbang band punk dan death metal yang ia huni. Sayang ia keluar dari band itu pada 2013.
Sejak itu Dhira fokus bersolo karier sembari kuliah. Ia merasa harus bernyanyi karena tidak puas ketika lagunya dinyanyikan orang lain. Beberapa kali ia mencari vokalis untuk menyanyikan lagunya, tapi tak pernah ada yang cocok.
"Ternyata memang gua punya cara nyanyi sendiri yang kalau cara itu diikuti orang belum tentu bisa. Enggak jadi gitu warnanya," kata Dhira.
Bermodalkan lagu, Dhira mulai membuat album perdana. Ia meminta bantuan pada teman-teman musisi yang dikenal dari band ska. Akhrinya ia berhasil merilis album perdana bertajuk My Precious pada 2014 tanpa label rekaman.
Secara keseluruhan genre musik yang Dhira usung adalah pop. Namun ada beberapa lagu yang terasa RnB dan groove. Ia mengaku genre musik yang ia usung dipengaruhi musik yang didengarnya sejak kecil.
"Setelah itu berjalan terus sampai album kedua bertajuk Head over Heels pada 2016, album itu dirilis sama label Demajors," kata Dhira.
Karier musik Dhira berjalan cukup lancar. Ia sempat merilis single Strugglin pada 2017 dan Jangan Tumbuh pada 2018. Bahkan ia sempat mengadakan tur Jepang pada 2017 lalu.
Tur itu berawal saat ia diundang oleh festival musik Kyoto Music Expo. Dhira menghubungi Daichi, musisi Jepang yang ia kenal di Java Jazz, untuk menjadi pengarah tur di Jepang.
"Gua tampil di Kyoto dapat bayaran, uangnya dipakai buat tur. Setelah di Kyoto tur ke Nagoya, Osaka dan Substore," kata Dhira.
Maret mendatang Dhira siap terbang ke SXSW 2019 setelah mendapat bantuan dana dari Siasat Partikelir dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bukan hanya tampil di SXSW, Dhira juga akan membuat video musik di Amerika Serikat.
Penampilan Dhira Bhongs bisa disaksikan di Music at Newsroom dengan cara streaming di situs CNNIndonesia.com pada Rabu (27/2) pukul 14:00 WIB.
[Gambas:Youtube] (adp/rea)
https://ift.tt/2IyLtuU
February 26, 2019 at 12:21AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dhira Bongs, Berangkat Dari Punk dan Death Metal"
Posting Komentar