
Puluhan orang itu berdemo di depan kantor kedutaan besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (5/2).
Protes tersebut digagas oleh seorang mahasiswa kedokteran, Yosef Roth, yang mengaku tak memiliki relasi dengan etnis Uighur.
"Besarnya kekejaman (terhadap Uighur) menggugah saya. Sangat penting untuk memperhatikan hal-hal seperti ini," ucap Roth yang kini belajar di Yeshiva University untuk menjadi seorang Rabi kepada AFP.
"Jujur saja, saya bukan seorang aktivis. Saya hanya berpikir bahwa fakta yang terjadi memaksa setiap orang untuk melakukan sesuatu. Ini sangat penting."
Di sana, para tahanan dilaporkan didoktrin supaya mengamalkan ideologi komunis. Berdasarkan kesaksian sejumlah warga Xinjiang, otoritas China melakukan penahanan secara sewenang-wenang tersebut sejak 2014 silam.
Tak hanya itu, otoritas China juga disebut membatasi hak-hak masyarakat Xinjiang termasuk etnis Uighur untuk beribadah. Pemerintah disebut memberlakukan kebijakan khusus yang cukup ketat bagi masyarakat Xinjiang.
Pada 2014, China dilaporkan melarang murid sekolah dan mahasiswa di Xinjiang untuk berpuasa. Para pengajar dan guru sekolah-sekolah di wilayah itu juga dilarang berpartisipasi dan mewartakan pemikiran agama ketika mengajar.
Sekitar pertengahan November lalu, sebuah rancangan undang-undang berisi usulan sanksi terhadap China diajukan kepada Kongres. RUU itu digagas sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap etnis Uighur.
Draf tersebut didukung oleh sejumlah senator AS, termasuk Senator Marco Rubio dari Florida. Meski begitu, hingga kini RUU itu belum diproses melalui pemungutan suara dalam rapat Kongres.
Sejauh ini, pemerintahan Presiden Donald Trump telah mengeluarkan kecaman terhadap perlakukan otoritas China kepada etnis Uighur dan meminta Beijing menghormati kebebasan beragama. (rds/has)
http://bit.ly/2Sz0JLK
February 06, 2019 at 07:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Aksi Bela Uighur Ramaikan Kedubes AS untuk PBB di New York"
Posting Komentar