
Luhut menyebut penetapan tarif Tol Trans Jawa sebenarnya telah melalui proses panjang dan penghitungan matang. Dengan kata lain, tarif yang dibebankan kepada pengguna jalan tol bukan asal-asalan.
"Nanti kami evaluasi, kan membangun itu mereka (operator jalan tol) hitung juga mengenai pendapatan yang didapat dengan investasi sekian. Itu tidak sembarangan," kata Luhut, Senin (4/2).
Ia berpendapat sebaiknya masyarakat tak terlalu cepat menyatakan tarif Tol Trans Jawa terlalu mahal. Menurutnya, masyarakat butuh penyesuaian saja.
"Saya belum tahu (mahal atau tidak), saya harus lihat angkanya dulu. Tapi jangan terus langsung dilihat ini mahal," tegas Luhut.
Keberadaan Tol Trans Jawa, kata Luhut, justru menjadi alternatif bagi masyarakat yang terbiasa naik pesawat atau melewati jalur Pantura. Dengan berbagai tarif yang ditawarkan, masyarakat bisa menghitung kebutuhannya sendiri.
"Ada pilihan pesawat, jalan Pantura, ada tol, ada kereta api, dulu tidak ada pilihan itu," terang Luhut.
Luhut juga mengaku tak khawatir jika masyarakat justru menghindari perjalanan lewat Tol Trans Jawa dengan lebih memilih jalur Pantura. Menurutnya, masyarakat pasti menghitung biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai tujuan.
"Artinya (kebutuhan) dilihat masing-masing. Kalau ingin lebih cepat ya lewat tol," jelas Luhut.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Aryani mengatakan pihaknya sebagai operator tol akan mengkaji kembali tarif Tol Trans Jawa. Ia mengklaim penentuan tarif itu mengacu pada data perjalanan di Tol Trans Jawa.
"Kami akan kaji lebih dalam. Ini pertama kali tersambung (Tol Trans Jawa tersambung), jadi belum ada data," tutur Desi.
Sekadar informasi, tarif enam ruas baru Tol Trans Jawa resmi diberlakukan Senin (21/1) pukul 00.00 WIB. Besaran tarif terjauh enam ruas tol baru untuk kendaraan golongan I sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tanggal 14 Januari 2019 untuk ruas Ngawi-Kertosono sebesar Rp88 ribu.
Sementara, ruas tol Gempol-Pasuruan besaran tarif mencapai Rp36 ribu, ruas Relokasi Porong - Gempol pada Tol Surabaya-Gempol Seksi Kejapanan - Porong sebesar Rp3.000, - Seksi Porong - Kejapanan Rp 6.000. Untuk ruas Pemalang-Batang Rp39 ribu.
Kemudian, tarif Tol Batang-Semarang dipatok sebesar RP75 ribu dan Semarang-Solo Rp65 ribu. Tarif yang diberlakukan sudah sesuai ketentuan rasionalisasi tarif yaitu pertama, untuk ruas yang baru operasi tarif tol awal golongan I maksimal Rp1.000/km. Kedua, besaran tarif kendaraan golongan II dan III adalah 1,5 kali dari golongan I dan untuk golongan IV dan V adalah 2 kali dari golongan I.
Pengusaha Logistik yang tergabung dalam Asosiasi Logistik (ALI) mengeluhkan tarif Tol Trans Jawa. Menurut mereka, tarif Tol Trans Jawa terlalu mahal.
Tarif tersebut membuat truk yang membawa barang logistik lebih memilih lewat Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) ketimbang tol. "Penghematan waktu tidak bisa menutupi tambahan biaya kalau lewat tol," ungkap Ketua ALI Zaldy Ilham Masita.
Ia mencontohkan biaya yang harus dikeluarkan untuk kendaraan jenis truk mencapai Rp1,3 juta untuk melewati Tol Trans Jawa. Angka itu diklaim membebani bagi pengusaha logistik.
"Tol Cipali saja yang jauh lebih murah sudah bertahun-tahun tidak laku oleh angkutan logistik," terang Zaldy.
"Kementerian Perhubungan sepertinya selalu abai untuk membangun ekosistem untuk bisa membuat jalan tol jadi opsi utama untuk angkutan barang di Jawa," papar Zaldy.
Ia mengaku telah berkomunikasi dengan operator jalan tol dan pemerintah terkait mahalnya tarif Tol Trans Jawa. Namun, belum ada keputusan konkret dari pembicaraan tersebut.
http://bit.ly/2WEnkGa
February 05, 2019 at 12:40AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kemahalan, Pemerintah akan Evaluasi Tarif Tol Trans Jawa"
Posting Komentar