
Prabowo diketahui menemui Mbah Moen di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, di Desa Karangmangu, Sarang, Rembang, Sabtu 29 September 2018 lalu. Sementara Jokowi bertamu ke rumah Mbah Moen pada Jumat 1 Februari 2019.
Kunjungan Jokowi ke Mbah Moen yang justru jadi ramai perbincangan. Sebab, Mbah Moen sempat salah menyebut nama dalam doanya. Mbah Moen justru mengucap nama Prabowo, padahal Jokowi tepat di sampingnya sembari mengucap amin dalam setiap lafalan doa yang diucapkan mbah berusia 90 tahun tersebut.
Panjatan doa itu kemudian juga dihubungkan dengan puisi Fadli Zon. Fadli dalam akun Twitternya menulis puisi berjudul 'Doa yang Ditukar'. Puisi itu menuai kontroversi lantaran Fadli menulis subjek 'kau' dalam baitnya. 'Kau' dalam puisi itu digambarkan sebagai pembegal doa yang tak punya moral dan mengobral agama.
Wakil Ketua DPR itu sudah membantah bahwa subjek 'kau' dimaksud adalah Mbah Moen. Fadli menyebut 'kau' di dalam puisi itu merupakan penguasa. Namun dia tak menjelaskan detail siapa penguasa dimaksud.
Terlepas dari kontroversi dalam beberapa hari terakhir, Mbah Moen sendiri bukan sosok sembarang. Selain di NU, Mbah Moen juga sesepuh yang disegani sekaligus dihormati di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pria kelahiran 28 Oktober 1928 itu merupakan Ketua Majelis Syariah PPP.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang itu dianggap punya pengaruh dalam dunia politik. Selain merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang yang punya ratusan santri, Mbah Moen juga adalah tokoh yang sangat disegani di NU. Nasihat dan sarannya kerap diikuti oleh banyak orang.Dikutip dari website resmi NU, Mbah Moen merupakan seorang alim, faqih sekaligus muharrik atau penggerak. Selama ini Mbah Moen menjadi rujukan banyak ulama Indonesia dalam bidang fikih. Hal ini lantaran Kiai Maimun menguasai secara mendalam ilmu fikih dan ushul fiqh.
Selama hidupnya, Kiai Maimun memiliki kiprah sebagai penggerak. Ia pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, Mbah Moen juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah.
Dualisme PPP
Banyak pihak menilai nasihat dan saran Mbah Moen menjadi penyejuk ketika ada masalah. Hal ini terlihat saat PPP mengalami dualisme kepemimpinan, yakni versi Romahurmuziy dan Djan Faridz.
Kubu Djan Faridz bahkan pernah mengusulkan agar Mbah Moen menjadi mediator islah dengan Romi. Usulan ini kemudian disetujui kubu Romi.
Meski demikian dualisme tetap berlanjut ke jalur hukum, Mbah Moen kemudian menemui Presiden Jokowi agar memberi perhatian terhadap konflik di PPP. Mbah Moen menilai pemerintah harus memberi sedikit intervensi kepada penyelesaian masalah PPP.
Muktamar islah PPP pun dilakukan. Mbah Moen pun hadir dalam muktamar tersebut. Mbah Moen hadir dalam muktamar itu karena tak ingin ada perpecahan lagi di tubuh PPP.Namun, lagi-lagi kedua kubu tetap ngotot saling mengklaim sebagai pengurus yang sah. Islah pun gagal.
Pun pada gelaran Pilpres 2019. PPP kubu Romi mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, sementara kubu Djan Faridz merapat ke Prabowo-Sandiaga. (osc/osc)
http://bit.ly/2Dfryej
February 07, 2019 at 11:40PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mbah Moen dan Pengaruhnya di Kancah Politik Indonesia"
Posting Komentar