
Atau bisa juga, video yang punya konsep sangat bagus jadi penguat bagi lagu yang dirasa penonton 'kurang'. Sedemikian pentingnya video musik, sampai pengerjaannya tak boleh hanya ala kadarnya. Tak sedikit pembuatan video tersebut memakan dana sangat besar agar tampak wah dan mengundang wow.
Setidaknya, itu pemikiran yang lazim selama ini. Apalagi Indonesia yang kebanyakan berkiblat pada musik Amerika, di mana musisi AS kerap bersungguh-sungguh dalam penggarapannya, mulai dari properti sampai kostum.
Hal itu tampaknya mulai bergeser. Didukung oleh teknologi dan kemauan 'mengulik', video musik pun bisa jadi menarik meskipun diambil di lingkungan seitar rumah, di kota sendiri dengan kamera yang tidak termasuk mewah. Kami memberikan lima contoh di sini, baik dari luar maupun dalam negeri. Singkatnya, amatir tetapi tidak murahan.
Yang pertama, Boy Pablo dengan 'Everytime'. Pertama kali menontonnya, saya menyadari kesederhanaan yang catchy. Band ini berasal dari Norwegia, dan mereka berlima memainkan instrumen di semacam dermaga di sebuah hari yang cerah. Agak terlalu cerah sepertinya, karena mereka sering sekali mengernyitkan kening melawan panas matahari.
Para personelnya memakai kostum sehari-hari, seperti kaos, celana, sweater, hoodie. Sang vokalis dan gitaris memilih hoodie warna merah muda dengan celana pendek, sementara sang keyboardist malah memakai kaos kaki putih dan sandal.
Kamera mengambil dari jarak jauh, lalu mengambil dari dekat wajah-wajah para personel yang semuanya memandang langsung ke arah kamera. Propertinya sederhana saja, sebuah skateboard yang disandarkan di penyangga keyboard. Sang bassist malah hampir tak tampak, karena posisinya menjorok di bawah, meskipun kelihatannya dia tak keberatan dengan hal itu.
'Everytime' memang lagu ringan, malah galau, komposisinya mudah masuk ke otak. Namun bagi saya, kesederhanaan video ini lebih mengena karena rasanya seperti menonton teman sendiri.
Kedua, adalah Samm Henshaw dengan 'Broke'. Dalam video yang menceritakan perasaannya setelah diputus kekasih dan kehilangan pekerjaan, Henshaw hanya butuh apartemen studio kecil yang berantakan. Seolah menggambarkan kondisi hati Henshaw saat itu, ia hanya memakai kaos, celana pendek dan kaos kaki.
Secara skenario, nyaris tidak ada yang dilakukan oleh Henshaw kecuali berputar-putar di ruangannya, tidur-tiduran, duduk di sofa, menyentuh dan melempar berbagai barang begitu saja, atau bergaya memainkan keyboard-nya. Sesederhana itu, namun mengena persis di poin 'broke'-nya.
Ketiga, Jeremy Zucker lewat 'Comethru'. Zucker hanya perlu berdiri di atap sebuah gedung di sore hari, memakai jaket bertudung, celana panjang dan kaos kaki warna terang yang diambil di awal video.
Zucker menari dengan canggung, sementara kamera terus berputar mengambil gambar latar belakang gedung-gedung dan sedikit pepohonan yang diterpa matahari sore, memberi tone warna manis. Canggungnya tarian Zucker yang menjadi daya tarik. Konsepnya begitu simpel, bahkan mengundang tawa kecil ketika ponsel Zucker jatuh sebelum dipungutnya di menit 2:14-2:17. Dan video musik itupun berakhir begitu saja, menampilkan Zucker yang menutupi kepala dengan tudung jaket dan tersenyum ke arah kamera.
Keempat, datang dari Jevin Julian berkolaborasi dengan Kara Chenoa dalam 'No Clue'. Lagu yang mengingatkan pada gaya J Cole, namun tetap menyenangkan didengarnya karena merupakan karya anak dalam negeri. Jevin dan Kara memilih tempat di luar ruangan, tampaknya seperti taman skateboard Jakarta yang memiliki banyak rerumputan, dinding berwarna-warni dan spot-spot Instagramable, di mana mereka hanya berjalan-jalan, sedikit berjoget, juga dengan kostum ekstra santai seperti kaos dan celana rumahan.
Tidak ada yang istimewa dalam video musik 'No Clue', karena lagunya sendiri sudah modern dan menarik. Banyak cameo di sini, berlalu-lalang, sebagian turut menengok ke kamera. Jevin dan Kara juga menyempatkan naik TransJakarta di akhir video. Sederhananya itu yang menjadikan video ini terasa profesional.
Terakhir, adalah Eyesthetic yang membawa 'Illest From The East'. Eyesthetic merupakan unit hip hop asal Malang. Dalam lagu tersebut, mereka berkolaborasi dengan Haqqi Syakieb di bagian saxophone. Eyesthetic bernyanyi tentang kota Malang di sini, dan memanfaatkan apapun yang ada di seputar kotanya, termasuk angkutan umum warna biru dan jalanan-jalanan yang banyak dihiasi mural.
Tidak repot-repot, mereka hanya mengajak seorang kawan untuk mengendarai sepeda BMX dan mobil angkutan umum yang dikendarai sendiri.
Yang menarik dari video ini adalah tone warna, potongan-potongan gambar yang menggambarkan kota Malang dengan baik termasuk halte kotor penuh coretan, sensualitas Virga Frana sebagai satu-satunya perempuan, jogetan personel seiring tiupan saxophone yang menawan hati di tengah lagu yang dilengkapi sedikit sentuhan musik dub dan pastinya, personel Eyesthetic yang terlihat bergembira dan bangga dengan kotanya sendiri. Sederhana dan menyenangkan.
(rea)http://bit.ly/2YYBlQh
April 11, 2019 at 02:36AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Lima Video Klip 'Amatir' Pilihan"
Posting Komentar