Bau Kematian Zidane di Periode Kedua Real Madrid

Jakarta, CNN Indonesia --

Real Madrid mengalami performa buruk di awal musim ini. Dua kompetisi yang diikuti anak asuh Zinedine Zidane, Liga Spanyol dan Liga Champions menunjukkan itu.

Hasil buruk yang membuat masa depan Zidane di kursi pelatih mulai panas. Beberapa pemberitaan melaporkan nasib Zidane di ujung tanduk. Muncul sejumlah nama pengganti Zidane, termasuk eks Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino.

Los Blancos sudah kalah tiga kalah di Liga Spanyol yang membuat mereka berada di posisi keempat klasemen. Kekalahan terakhir didapat saat menjamu Deportivo Alaves 1-2.


Di laga itu, beberapa pemainnya tampil di bawah perform. Misalnya Thibaut Courtois yang melakukan blunder ketika dia salah mengumpan berujung gol yang membuat Madrid tertinggal 0-2.

Pemain termahal mereka, Eden Hazard juga sama saja. Dia tak mampu mengonversi peluang menjadi gol. Yang ada dia malah ditarik keluar karena cedera.

Tentu hasil yang tak diharapkan bagi Madrid yang di musim ini membawa misi mempertahankan juara Liga Spanyol.

Di ajang Liga Champions, lebih mengenaskan lagi. Karim Benzema cs malah terancam gagal lolos ke 16 besar usai menelan kekalahan 0-2 dari Shakhtar Donetsk. Itu kekalahan kedua Madrid dari tim asal Ukraina.

Madrid benar-benar mati kutu di Ukraina. Mereka tak efektif meski mencatat 13 tembakan. Sementara tuan rumah yang cuma melepas enam tembakan berbuah dua gol lewat Detinho dan Manor Solomon.

Kekalahan itu membuat posisi Madrid melorot ke posisi ketiga Grup B dengan tujuh poin. Hanya kemenangan di laga terakhir melawan Borussia Monchengladbach yang bisa menyelamatkan Madrid.

Sebab seri apalagi kalah akan membuat Madrid tamat di Liga Champions musim ini. Jika sampai gugur di grup, maka itu menjadi catatan paling buruk Madrid.

Sebab, dalam lima tahun terakhir, misalnya, Madrid merupakan klub paling sukses di Eropa. Mereka jawara tiga kali beruntun alias hattrick. Musim 2015/2016, 2016/2017, dan 2017/2018.

Semua dicapai bersama Zidane di periode pertamanya. Kesuksesan itu membuktikan Zidane pelatih hebat, karena sebelum 2015 dia hanya punya pengalaman melatih tim junior Madrid.

Real Madrid's players throw on the air their head coach Zinedine Zidane, as they celebrate after winning the Spanish La Liga 2019-2020 following a soccer match between Real Madrid and Villareal at the Alfredo di Stefano stadium in Madrid, Spain, Thursday, July 16, 2020. (AP Photo/Bernat Armangue)Real Madrid sempat meraih sukses di tangan Zinedine Zidane dalam tiga tahun pertama, sejak 2015 hingga 2018. (AP/Bernat Armangue).

Nama Zidane pun harum kala itu. Meski Madrid belum pernah meraih treble winner, namun mereka menjadi satu-satunya tim sepanjang sejarah Liga Champions yang mampu hattrick juara.

Selepas itu, Zidane sempat mengundurkan diri. Dia mundur seiring juga dijualnya Cristiano Ronaldo ke Juventus.

Kebuntuan Taktik Zidane

Zidane kembali ke Santiago Bernabeu pada 2019/2020. Madrid yang di musim 2018/2019 gagal di bawah kepelatihan Santiago Scolari. Kembalinya Zidane saat itu dengan misi membawa kembali kejayaan Si Putih.

Zidane sempat membawa angin surga kala mereka berhasil menyalip Barcelona di Liga Spanyol 2019/2020 dan di akhir musim keluar sebagai juara.

Meski di Liga Champions mereka mejen usai didepak Manchester City di babak 16 besar.

Di musim 2020/2021, Madrid bersama Zidane di periode kedua mulai menunjukkan ketidakkonsistennya. Madrid tampil angin-anginan, entah di Liga Spanyol maupun Liga Champions.

Faktor para pemain mempengaruhi penampilan Los Merengues. Zidane masih mempercayakan sejumlah pemain tua. Sebut saja Benzema, Sergio Ramos, Luka Modric.

Zidane juga masih belum memberi kesempatan dan kepercayaan pada para pemain mudanya. Padahal masih ada Rodrygo, Martin Odegaard, Luka Jovic, Mariano Diaz yang sangat minim menit bermain.

Beberapa pemain juga tampil tak sesuai harapan. Eden Hazard contohnya. Baru tampil di beberapa lagi, dia malah kembali cedera. Selama diberi kesempatan, Hazard juga tak mampu maksimal.

Banner gif video highlights MotoGP

Zidane juga selalu bergantung pada Ramos, Casemiro, dan Benzema. Selain Casemiro, Ramos dan Benzema sudah uzur. Namun jika ketiganya tampil buruk atau absen, maka Madrid juga menuai hasil negatif.

Badai cedera juga menjadi problem lain Zidane. Di lini belakang Nacho Fernandez dan Dani Carvajal sempat masuk ruang perawatan. Ramos bahkan belum pulih hingga hari ini.

Federico Valverde yang mulai diandalkan Zidane di lini tengah juga belum sembuh dari cedera. Sementara di depan, Hazard yang kembali cedera membuat kepala Zidane makin 'berasap' untuk meracik taktik.

Real Madrid's Portuguese forward Cristiano Ronaldo thumbs up during the UEFA Champions League group H football match Real Madrid CF vs Borussia Dortmund at the Santiago Bernabeu stadium in Madrid on December 6, 2017. / AFP PHOTO / JAVIER SORIANOKesuksesan Real Madrid di tangan Zinedine Zidane meraih hattrick juara Liga Champions ketika masih ada Cristiano Ronaldo. (AFP PHOTO / JAVIER SORIANO).

No Ronaldo Tenyata Problemo

Satu faktor lain yang membuat Zidane sulit bertuah bersama Madrid di periode kedua adalah Cristiano Ronaldo.

Tak dipungkiri, hattrick juara Liga Champions direngkuh ketika Ronaldo masih jadi 'raja' di Bernabeu. Keberadaan CR7 saat itu benar-benar memberi dampak signifikan bagi Madrid di atas lapangan.

Ketika Ronaldo dilego ke Juventus, Zidane sendiri mundur. Spekulasi menyebut waktu itu, Zidane tahu Madrid tak berdaya tanpa Ronaldo.

Selain Ronaldo, sejatinya Zidane juga masih punya Gareth Bale. Meski selama di tangan Zidane, Bale kerap jadi penghangat cadangan atau masuk sebagai pengganti, tapi efektivitas eks Tottenham Hotspur itu juga punya efek besar.

Di periode kedua melatih Madrid, hubungan buruk Zidane dan Bale berlanjut. Ujung-ujungnya Bale dipinjamkan ke Tottenham.

Tanpa Ronaldo dan Bale berpengaruh pada lini penyerangan Madrid. Itu terlihat di musim ini, dimana Madrid di atas kertas cuma punya Benzema yang masih bisa gacor.

Untuk itu, Zidane harus bisa mempercayakan para pemain mudanya. Selalu mengandalkan Ramos dan Benzema yang berusia senja sangat tidak bagus untuk masa depan. Karena secara usia, mereka tak lagi bisa konsisten menampilkan permainan terbaik.

Zidane masih punya Eder Militao yang bisa menggantikan peran Ramos di lini belakang. Di tengah, ada Odegaard untuk diberi pengalaman dan dipersiapkan menggantikan Modric.

Sementara di depan lebih berlimpah. Ada Mariano dan Jovic yang perlu diberi menit bermain untuk membuktikan mereka memang layak melenyapkan ketergantungan pada Benzema.

(jun)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/33K81ke

December 04, 2020 at 07:01AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bau Kematian Zidane di Periode Kedua Real Madrid"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.