Dilansir dari Digital Trends, Cole dan tim mempelajari perubahan musim di Pluto menggunakan teknik okultasi bintang. Okultasi terjadi ketika benda seperti Bulan atau planet menghalangi cahaya yang datang ke Bumi dari benda yang lebih jauh seperti Bintang.
Dengan mengamati bagaimana Pluto menghalangi cahaya dari Bintang yang jaraknya jauh, temuan terkait kerapatan, tekanan dan suhu di atmosfer Pluto dapat diukur.
"Kami meneliti bagaimana Pluto merespon perubahan dengan jumlah cahaya matahari yang diterimanya saat mengorbit Matahari," kata Cole dikutip dari Sci News.
Pluto sendiri merupakan planet terkecil, terdingin, dan paling jauh dengan atmoser yang ada di Tata Surya. Ia mengorbit Matahari setiap 248 tahun dan suhu di permukaannya antara minus 228 hingga 238 derajat celcius.
Selain itu, atmosfer yang ada di Pluto terdiri dari nitrogen dengan jejak metana dan karbon monoksida dan atmosfer ini bakal berubah seiring berjalannya waktu. Menurut Cole dan tim, tekanan atmosfer pada permukaan Pluto telah meningkat tiga kali lipat selama 30 tahun terakhir.
Sejumlah planet kecil di Tata Surya memang menunjukkan bahwa sebagian besar atmosfernya akan mengembun ke luar sampai tidak ada yang tersisa.
Hasil penelitian ini juga akan digunakan untuk menjadi pembanding dengan misi New Horizons NASA yang telah mengumpulkan data selama penerbangannya di Pluto sejak 2015 silam. (din/age)
http://bit.ly/2GUdOZP
April 29, 2019 at 09:17PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Atmosfer Pluto Diprediksi Beku dan Hilang pada 2030"
Posting Komentar