Mengutip CNN.com, Minggu (21/4), Jet Airways, yang telah beroperasi selama lebih dari 26 tahun tersebut, mengumumkan penangguhan penerbangannya pada Rabu (17/4), pertengahan pekan lalu.
Maskapai ini dirikan oleh Naresh Goyal, pria yang memulai karir sebagai agen penjualan tiket Lebanon Airlines pada 1967 silam. Ia masuk sebagai pendiri Jet Airways ketika India meliberalisasi ekonominya pada 1991 dan mulai mengoperasikan Jet Airways pada 1993.
Selama dua dekade, Goyal sukses membuat Jet Airways sebagai salah satu maskapai penerbangan terkemuka di India, seiring dengan bertambahnya rute-rute internasional, seperti Singapura, London, dan Amsterdam.
Namun, ketika pemain baru di industri penerbangan lahir, seperti SpiceJet dan IndiGo muncul di awal 2000-an, posisi Jet Airways tertekan. Bagaimana tidak? Pesaingnya membanting harga layanan terbang dibandingkan yang ditawarkan Jet Airways.
Keuangan Jet Airways pun menciut. Perusahaan menanggung rugi. Kerugian ini terus meningkat, hingga membuat perusahaan berutang sebesar US$1,2 miliar. Pun begitu, perusahaan tetap bertahan.
Maskapai penerbangan Abu Dhabi, Etihad Airways, sempat membeli 24 persen saham Jet Airways pada 2013 lalu. Aksi korporasi ini membuat jalan Jet Airways untuk pulih semakin terang. Perusahaan pun memesan ratusan pesawat baru untuk mengimbangi permintaan terbang yang meningkat.
Namun, ekonomi India tak mendukung. Mata uang India jatuh ke rekor terendahnya pada 2018 lalu, mendorong kenaikan biaya avtur. Perusahaan mulai limbung dan gagal dalam membayarkan kewajibannya kepada staf, termasuk krediturnya.
Rob Watts, konsultan penerbangan Aerotask menuturkan kondisi Jet Airways semakin memburuk. "Perusahaan memiliki armada tapi tidak menghasilkan pendapatan, malah membebani keuangan perusahaan," ujarnya.
Goyal didorong keluar oleh konsorsium bank India yang akan menggelontorkan pinjaman. Namun, dana talangan yang dijanjikan tak pernah cair. Konsorsium bank arahan Pemerintah India tersebut masih berharap Jet Airways akan mendapatkan pembeli untuk menyelamatkan bisnis perusahaan sebelum 10 Mei 2019.
"Saat ini, Jet Airways tidak memiliki pesawat yang beroperasi dan setiap hari ia terus menambah liabilitas. Tentu perlu suntikan modal raksasa untuk memulihkannya," kata Watts.
Namun, investor di pasar modal meragukan upaya penyelamatan Jet Airways. Sebagai bukti, saham perusahaan anjlok hingga 30 persen pada akhir pekan lalu ke posisi US$2,40. Perusahaan melantai di bursa saham pada 2005 silam. Ketika itu, sahamnya diperdagangkan senilai US$15,80.
(bir)
http://bit.ly/2UqFrgl
April 21, 2019 at 11:33PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gagal Disuntik Modal, Sayap Terbang Jet Airways 'Patah Arang'"
Posting Komentar