
"Saya masih fokus restrukturisasi utang. Kalau sudah waktunya akan saya sampaikan mengenai hal tersebut," ujar Silmy kepada CNNIndonesia.com.Sebelumnya, Silmy mengatakan perusahaan akan merestrukturisasi utang sekitar US$2 miliar. Beberapa skema yang dikaji oleh perusahaan, antara lain perpanjangan utang, negosiasi bunga utang, dan utang ditukar dengan saham perusahaan (debt to equity swap)."Kami juga sudah kerja sama dengan konsultasi internasional McKinsey & Company," imbuh Silmy.Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut skema yang akan diambil oleh perusahaan dalam merestrukturisasi utangnya. Perusahaan menargetkan prosesnya bisa rampung tahun ini. Dalam laporan keuangan perusahaan per September 2018, total liabilitas emiten berkode KRAS sepanjang kuartal III 2018 sebesar US$2,35 miliar. Angka itu naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,26 miliar. Total liabilitas kuartal III 2018 ini terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar US$1,39 miliar dan liabilitas panjang US$960,99 juta. Sementara itu, pada kuartal III 2017 total liabilitas pendek hanya US$1,36 miliar dan liabilitas jangka pendek US$899,67 juta. Perusahaan beserta entitasnya memiliki utang dari berbagai perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Beberapa bank tersebut, yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sementara, holding tambang sudah terbentuk sejak 2017 lalu. PT Inalum (Persero) menjadi induk yang menaungi sejumlah perusahaan tambang, seperti PT Timah Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk. (aud/agt)
http://bit.ly/2USpZif
April 24, 2019 at 07:46AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Krakatau Steel Jadi Holding BUMN Tambang Masih Dikaji"
Posting Komentar