Dari sejumlah saham emiten, sektor konstruksi terpantau semakin memuncak hingga memimpin pergerakan indeks sektoral pekan lalu. Terlihat, saham empat saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya melejit lebih dari 4 persen.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan pertumbuhan paling signifikan mencapai 8,03 persen ke level Rp2.420 per saham, diikuti saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) yang menguat 7,79 persen ke level Rp2.490 per saham, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) 6,19 persen ke level Rp1.800 per saham, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) 4,85 persen ke level Rp2.160 per saham.
Kondisi ini sudah diproyeksi sebelumnya. Sebab, dalam empat tahun terakhir Jokowi fokus dalam pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, termasuk luar pulau Jawa.
Sejumlah analis saham optimistis empat saham perusahaan pelat merah tersebut semakin merekah pekan ini. Pelaku pasar masih terlena dengan euforia kemenangan sementara Jokowi-Ma'ruf.
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan pasar percaya bahwa Jokowi akan kembali menggenjot pembangunan infrastruktur jika benar-benar terpilih menjadi presiden untuk periode 2019-2024. Dengan demikian, BUMN Karya lagi-lagi kecipratan proyek dari pemerintah.
"Saya yakin sentimen untuk saham konstruksi berlanjut hingga beberapa tahun ke depan," ucap Edbert kepada CNNIndonesia.com, Senin (22/4).
Namun, ia mengakui kenaikan empat saham konstruksi sudah luar biasa pekan lalu. Maka itu, Edbert menyarankan pelaku pasar berorientasi jangka pendek sedikit bersabar menunggu empat saham tersebut terkoreksi sebelum melakukan transaksi beli.
"Jadi investasi sebenarnya disesuaikan masing-masing, untuk trader (investor jangka pendek) ada potensi ambil untung dulu jadi tunggu koreksi," tuturnya.
Sementara itu, bagi pelaku pasar dengan profil investasi jangka panjang tak masalah untuk langsung masuk pada perdagangan hari ini. Kalaupun ingin menunggu hingga harga turun pun tak menjadi soal.
Toh sentimen positif ini diprediksi berlangsung sampai lima tahun ke depan. Walau status kemenangan Jokowi-Ma'ruf masih sebatas hasil quick count, tapi pasar percaya kalkulasinya tak berbeda jauh dengan perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan diumumkan paling lambat pada 22 Mei 2019 mendatang.
"Jadi sebenarnya lihat sentimen seperti ini santai saja, untuk yang jangka panjang dan tidak peduli fluktuasi jangka pendek bisa masuk," terang Edbert.
Ramalan positif ini tak hanya bersifat teknikal, tapi juga fundamental. Diketahui, empat perusahaan tadi berhasil mencetak kinerja cemerlang sepanjang 2018, khususnya dari sisi arus kas operasional.
Bila dirinci, arus kas Waskita Karya yang pada 2017 masih negatif sebesar Rp5,95 triliun berbalik arah positif menjadi Rp3,03 triliun pada 2018. Begitu juga dengan Adhi Karya yang mencatatkan arus kas positif Rp70,9 miliar tahun lalu, sedangkan pada 2017 minus Rp3,2 triliun.
Sementara itu, PTPP dan Wijaya Karya berhasil mempertahankan arus kasnya tetap positif sepanjang 2018. Masing-masing perusahaan mencatatkan arus kas sebesar Rp716,12 miliar dan Rp2,72 triliun.
"Orang kan kemarin-kemarin khawatir sama arus kas konstruksi ya karena mereka kesulitan membayar proyeknya, tapi kalau pemerintah dukung masalah ini akan dicarikan solusinya," kata Edbert.
![]() |
Selain itu, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai neraca keuangan emiten konstruksi akan semakin positif ke depannya. Bukan hanya karena fokus pemerintah mengenai pembangunan konstruksi dilanjutkan, tapi juga dipengaruhi penguatan rupiah.
"Jika terlalu banyak menggunakan material impor, stabilitas nilai tukar rupiah menjadi katalis positif bagi emiten," papar Nafan.
Rupiah terpantau sempat menguat signifikan pasca pengumuman kemenangan Jokowi-Ma'ruf hingga berada di area Rp13.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, pada Kamis (18/4) sore rupiah sudah kembali ke area Rp14.000 per dolar AS.
Umumnya, biaya yang dikeluarkan untuk membayar barang impor akan semakin murah jika rupiah menguat. Sebaliknya, beban biaya akan mahal bila rupiah sedang terpuruk.
Hanya saja, Nafan mengingatkan pelaku pasar jangan terlena begitu saja dengan saham emiten konstruksi. Sebaiknya, tambah dia, pasar menunggu sampai empat saham BUMN Karya bergerak di zona merah agar lebih murah dari posisi terakhir.
"Seharusnya koreksi wajar dulu, fluktuasi saham mempengaruhi hal tersebut," imbuhnya.
Untuk tahun ini, ia menargetkan harga saham Waskita Karya bisa tembus ke level Rp2.240 per saham dan Adhi Karya Rp2.000 per saham. Kemudian, PTPP dan Wijaya Karya masing-masing sebesar Rp2.540 per saham dan Rp2.370 per saham.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)
http://bit.ly/2PoH4tY
April 22, 2019 at 04:00PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saham BUMN Karya Gagah Perkasa usai Pesta Demokrasi"
Posting Komentar