Data Manufaktur China Kinclong, Bursa Saham Asia Menghijau

Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham Asia kembali melaju pada perdagangan Selasa (2/4), seiring positifnya hasil survei data manufaktur China dan Amerika Serikat (AS) yang meningkatkan kepercayaan investor dalam berinvestasi.

Saham Eropa diperkirakan menanjak dengan London FTSE futures naik 0,1 persen, dan Frankfurt DAX futures juga diperdagangkan sedikit lebih tinggi.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen, mencapai tertinggi tujuh bulan setelah kenaikan lebih dari satu persen di sesi sebelumnya. Bursa Shanghai bahkan ditutup naik 0,2 persen, tertinggi dalam 10 bulan terakhir.  Sementara indeks Nikkei Jepang melawan tren, berakhir datar setelah memangkas kenaikan sebelumnya.

Saham Australia naik 0,4 persen setelah Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan kebijakan April, seperti yang diharapkan banyak pihak. 


Saham Wall Street melonjak pada Senin, dengan S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average keduanya naik lebih dari satu persen, dengan Dow terangkat oleh kenaikan tajam di Caterpillar Inc dan Boeing Co.

Tadi malam, data manufaktur AS menunjukkan peningkatan aktivitas pada bulan lalu dan pengeluaran konstruksi untuk Februari. Sentimen positif juga datang dari data manufaktur China yang juga memberikan kejutan, kembali ke pertumbuhan untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir.

Kedua sentimen positif itu muncul ditengah kekhawatiran yang terus menerus atas permintaan yang melambat di seluruh dunia dengan perang tarif antara China dan AS. Perlambatan perdagangan dan laba perusahaan yang lemah mendorong investor untuk membuang aset berisiko selama beberapa bulan terakhir.

"Pasar bereaksi terhadap peningkatan sentimen di China. Banyak investor membeli untuk mengantisipasi kenaikan saham," ujar Norihiro Fujito, Kepala Strategi Investasi Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.


Fujito memperkirakan pasar juga akan bergantung pada data keyakinan konsumen yang juga terkait dengan penjualan ritel yang tidak sebaik perkiraan.

Data yang menggembirakan tentang aktivitas manufaktur di dua ekonomi terbesar di dunia membantu meredam kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global yang semakin dalam, mendorong sejumlah investor untuk mengurangi kepemilikan obligasi AS yang aman.

Penjualan pada hari Senin memicu lonjakan satu hari terbesar pada treasury note 10 tahun AS sejak 4 Januari, dengan imbal hasil mencapai setinggi 2,508 persen.

Kenaikan semalam mendorong kurva hasil antara tiga bulan tagihan treasury AS dan catatan tenor 10 tahun lebih lanjut ke wilayah positif, setelah dibalik selama seminggu sampai Jumat lalu, menimbulkan kekhawatiran bahwa itu bisa menandakan resesi. Pada hari Selasa, yield treasury AS tenor 10 tahun terakhir sebesar 2,475 persen.


Sementara poundsterling Inggris anjlok setelah Parlemen Inggris gagal mencapai kesepakatan atas beberapa alternatif terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Parlemen Inggris belum berhasil mengantongi suara mayoritas dari alternatif-alternatif yang ada meski dukungan untuk alternatif yang mencakup serikat pabean jauh lebih tinggi daripada kesepakatan Mei.

"Satu-satunya hal yang masuk akal bagi Theresa May untuk dilakukan adalah menyingkir dan membiarkan orang lain mengendalikan Brexit," kata Naeem Aslam, kepala analis pasar di Think Markets di London, dalam sebuah catatan kepada klien.

Poundsterling terakhir turun seperempat persen pada US$ 1,3074, tidak jauh dari posisi terendah bulan lalu $ 1,2945.

Euro berjuang di dekat level terendah tiga minggu di US$ 1,1198 pada hari Selasa, dan terakhir diperdagangkan turun 0,1 persen pada US$1,1207. Sementara terhadap yen Jepang, dolar turun sedikit di 111,33 yen, tetapi 1,5 persen di atas level terendah 109,70 yen per dolar AS pada 25 Maret. (agi)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2FQBr4K

April 02, 2019 at 10:15PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Data Manufaktur China Kinclong, Bursa Saham Asia Menghijau"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.