"Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat, masa dan kesempatan untuk lebih membuka hati kepada Tuhan yang selalu menyertai, membimbing, dan menguatkan kita," kata Ignasius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta dalam surat gembalanya.
"Masa Prapaskah akan bermuara pada hari pekan suci, saat kita diajak untuk mengikuti Yesus lebih dekat dalam sengsara dan wafatnya demi keselamatan manusia dan dunia."
Awal pekan suci atau Tri Hari Suci untuk umat Kristiani khususnya Katolik dimulai dengan perayaan Kamis Putih pada Kamis (18/4).
Kamis Putih diperingati sebagai lambang dari Perjamuan Terakhir yang dilakukan Yesus dan 12 rasulnya. Di Kamis Putih, para pastor juga melakukan pembasuhan kaki sebagai lambang pemimpin yang melayani dan meneruskan teladan Yesus yang juga membasuh kaki para muridNya.
Melalui pembasuhan kaki, Yesus memberikan teladan, contoh, dan perintah agar manusia selalu saling mengasihi.
Tri Hari Hari ini, Jumat (19/4) diperingati sebagai peringatan Jumat Agung atau Hari Penyaliban Yesus Kristus. Di hari ini, Yesus menyerahkan nyawanya kepada BapaNya di surga dengan terpaku di kayu Salib. Tergantungnya Yesus di kayu salib ini menjadi sebuah diyakini menjadi tanda penebusan dosa-dosa umat manusia.
"Rasul Paulus mengajak untuk bersyukur atas iman yaitu keyakinan bahwa Allah telah memberikan kemenangan berkat Yesus Kristus."
Peristiwa penting saat Jumat Agung terjadi pada pukul 15.00. Saat itu Yesus menyerahkan nyawanya kepada Bapa dan menyerukan kalimat "Bapa ke dalam TanganMu kuserahkan nyawaKu."
"Sudah Selesai" juga menjadi kalimat penanda bahwa tugas Yesus untuk menebus dosa dunia sudah terlaksana sesuai yang tertulis di Kitab Suci.
Mengutip buku umat Pekan Suci, pada hari ini Kristus Domba Paskah dikorbankan. Gereja merenungkan penderitaan Tuhan Yesus, menghormati salibNya, mengenangkan kembali kelahirannya di Salib dan mendoakan keselamatan untuk seluruh dunia.
Penghormatan akan salib ini diperingati dengan ritual penciuman salib dan juga Jalan Salib sebagai pengingat kembali kisah sengsara Yesus saat disalib di Golgota.
Selain Ekaristi di Gereja, umat Katolik juga memaknai Jumat Agung dengan berpantang dan puasa.
![]() |
Saat Jumat Agung, umat Katolik yang sudah cukup umur diwajibkan untuk menjalankan pantang (14 tahun) dan puasa (18-60 tahun). Mengutip Katolisitas, puasa dan pantang berati tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri dan mempersatukan sedikit pengorbanan dengan pengorbanan Yesus di salib.
Mengutip Iman Katolik, puasa Katolik wajib dilakukan pada Rabu Abu dan Jumat Agung. Puasa berati makan kenyang hanya satu kali dalam sehari. Setiap hari Jumat juga umat Katolik diminta untuk pantang daging.
Berpuasa adalah tindakan sukarela untuk tidak makan atau minum seluruhnya (apapun) atau sebagian yang berarti mengurangi makan dan minum dengan tujuan untuk mengurangi keserakahan duniawi dan mengorbankan kesenangan serta keuntungan sesaat.
"Melalui nabi Yesaya, Tuhan bersabda: Berpuasa yang Kukehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan mematahkan setiap kuk supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak mempunyai rumah, dan apabila kamu melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri." (Yesaya 58:6-7).
"Adalah baik pada jumaat agung lakukan adorasi. Merenungkan misteri wafat Kristus demi penebusan dosa2 manusia. Adorasi ini adalah lanjutan dari tuguran sejak kamis putih semalam. Inti pokoknya adalah masuk dalam misteri kematian Yesus," ucap Pastor Romanus Roman dari Palangkaraya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/4).
Rangkaian Tri Hari Suci akan berlangsung sampai Sabtu Suci (malam Paskah) yang diperingati dengan tuguran atau vigili (malam berjaga-jaga) dan Minggu Paskah.
Minggu Paskah merupakan masa kebahagiaan dan kemenangan Yesus atas belenggu dosa dan maut yang dikalahkanNya dengan bangkit dari kematian.
Menyambut masa Paskah ini, umat manusia diharapkan untuk bisa saling mengasihi satu sama lain sehingga tercipta perdamaian dunia.
"Untuk bertumbuh di dalam kasih, Yesus menunjukkan jalan yang konkret, memandang orang lain secara positif dengan tidak mengadili atau menyalahkan. Nasehat untuk terus menjadikan kata kata yang keluar dari mulut dan hati sebagai kekuatan yang meneguhkan tidak memecah belah, kata yang keluar dari dalam hati mesti menjadi berkat, bukan kebohongan, ujaran kebencian, bukan fitnah. Kata-kata kita mesti diterima dan dirasakan baik oleh orang lain karena keluar dari perbendaharaan kata yang baik," ucap Mgr Ignasius Suharyo. (chs/chs)
http://bit.ly/2Iu8L4c
April 19, 2019 at 11:00PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Makna Pantang dan Puasa Katolik Saat Jumat Agung"
Posting Komentar