
Empat merek yang dimaksud dipahami adalah produsen motor terbesar di Jepang, yaitu Yamaha, Honda, Suzuki, dan Kawasaki. Pada 4 April kabar dari Jepang menjelaskan keempatnya bakal membentuk konsorsium yang membahas protokol standar agar digunakan masing-masing merek.
Beti menyebut motor listrik ataupun hybrid membutuhkan infrastruktur seperti stasiun pengecasan. Menurut dia bila masing-masing merek mengembangkan versinya sendiri, tidak akan menguntungkan konsumen.
Di Indonesia, infrastruktur seperti itu belum tersedia hingga membuat promosi motor listrik belum besar dan cenderung hanya dilakukan solo oleh Astra Honda Motor (AHM).
AHM merupakan pihak pertama di Tanah Air yang meluncurkan motor hybrid, yaitu PCX Hybrid. Setelah itu AHM juga sudah meluncurkan PCX Electric, namun saat ini belum dijual bebas melainkan hanya bisa digunakan kalangan terbatas sebagai unit sewa.
Di lain sisi, YIMM sudah pernah mengenalkan motor listrik E-Vino pada 2017. Saat itu pengenalannya dikatakan untuk tes pasar, namun sampai sekarang belum beranjak lebih jauh seperti PCX Electric.
"Hybrid maupun listrik itu di Indonesia membutuhkan infrastruktur, kami sudah tes pasar EV (Electric Vehicle). Kami sudah bicara berkali-kali EV itu, kondisi Indonesia itu perlu infrastruktur, charging-nya seperti apa, swap baterai seperti apa. Kalau tidak konsumen untuk membeli massal itu tidak bisa," ujar Beti.
"EV itu masih perlu waktu, hybrid itu juga perlu. Makanya kompetitor kita pun meluncurkan sifatnya sewa kan," sebut Beti lagi.
Selain produsen asal Jepang, salah satu wakil Indonesia juga diketahui sedang mengembangkan motor listrik berikut stasiun pengecasannya, yaitu Gesits Technology Indo. Pada akhir tahun lalu Gesits menjelaskan telah bekerja sama dengan Pertamina untuk menyerap sistem swap baterai di SPBU.(fea)
http://bit.ly/2ZltgFp
April 19, 2019 at 11:20PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Yamaha Akui Kolaborasi dengan Honda Garap Motor Listrik"
Posting Komentar