
"Kalau digenapkan pertumbuhan ekonomi (kuartal I 2018) masih di 5 persen mungkin sedikit di atas 5 persen, tetapi belum sampai 5,1 persen," kata Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal, Selasa (9/4).
Ia melanjutkan pertumbuhan ekonomi akan ditopang konsumsi rumah tangga yang juga diprediksi tumbuh 5 persen - 5,1 persen. Pasalnya, porsi pendapatan masyarakat yang dialokasikan untuk konsumsi cenderung stabil di level 67 persen.
Sementara itu, ia menilai tingkat inflasi cenderung terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret sebesar 0,11 persen atau 2,48 persen secara tahunan.
Secara tahun tahun kalender, inflasi mencapai 0,35 persen. Posisi ini masih sesuai dengan target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 3,5 persen.
Namun demikian, ia mengatakan ada beberapa faktor yang harus diwaspadai hingga akhir tahun. Pertama, potensi peningkatan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia menimbulkan pertanyaan dengan posisi harga Bahan bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) dalam negeri.
Melansir Reuters, hari ini harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,76 atau 1,1 persen menjadi US$71,1 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,32 atau 2,1 persen menjadi US$64,4 per bare
"Jadi dorongan menaikkan harga BBM lebih besar karena kenaikan harga minyak dunia. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia berdampak terhadap defisit minyak dan gas (migas)," katanya.
Kedua, masalah perubahan iklim yang berpotensi mengganggu produksi pangan. Kondisi ini memberikan dampak kepada inflasi bahan pangan. Ketiga, ancaman penurunan harga komoditas yang dikhawatirkan jauh lebih dalam.
Keempat, dampak perlambatan ekonomi global masih membayangi kinerja ekspor dan impor. Ia menuturkan jika pemerintah berhasil mengendalikan impor, maka impor akan sedikit tertahan sehingga defisit neraca dagang bisa dipersempit.
Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$180,06 miliar. Sedangkan kinerja impor mencapai US$188,63 miliar. Kondisi ini menyebabkan Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan senilai US$8,57 miliar di 2018.
"Tetapi kalau tekanan terhadap ekspor sangat besar seperti kita lihat dua bulan pertama tahun ini, bisa berubah situasinya. Artinya defisit perdagangan bisa jadi tambah lebar," katanya.
[Gambas:Video CNN] (ulf/lav)
http://bit.ly/2I6tdb1
April 10, 2019 at 12:02AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kuartal I 2019, Ekonomi Diproyeksi Tumbuh di Atas 5 Persen"
Posting Komentar