Surat SBY dan Jubah Politik Islam Prabowo

Analisis

CNN Indonesia | Senin, 08/04/2019 15:59 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Surat Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal kampanye Prabowo Subianto yang terlalu eksklusif menyentil paslon 02 di tengah kampanye akbar Pilpres 2019.

Surat SBY itu tersebar ke publik saat Prabowo menggelar kampanye rapat umum atau kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Minggu (7/4). Kampanye itu sendiri diawali dari kegiatan subuh berjemaah di stadion terbesar se-Indonesia tersebut.

SBY menyampaikan ia terusik dengan rancangan kampanye tersebut. Presiden keenam RI itu mengaku mendapat informasi detail kampanye dari lingkaran Prabowo pada 6 April lalu.

Menurut SBY, dalam surat yang ditujukan kepada tiga petinggi Partai Demokrat, dirinya memandang rancangan kampanye di GBK itu terlalu eksklusif untuk umat Islam. SBY lantas meminta tiga orang yang dituju lewat suratnya tersebut untuk mengingatkan Prabowo bahwa kampanye kubu Paslon 02 dalam Pilpres 2019 harus mengusung keberagaman alias inklusif.

"Penyelenggaraan kampanye nasional [di mana Partai Demokrat menjadi bagian di dalamnya] tetap dan senantiasa mencerminkan inclusiveness, dengan sasanti 'Indonesia Untuk Semua' Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan," tulis SBY dalam surat yang beredar pada hari kampanye akbar Prabowo di SUGBK tersebut.

Dalam gelaran Pilpres 2019, Prabowo-Sandi didukung lima partai politik yakni Gerindra, PKS, PAN, Demokrat, dan Berkarya.


Namun, sepekan waktu kampanye tersisa, Prabowo diragukan bisa melepas simbol-simbol Islam seperti yang diminta SBY.

Pengamat politik Habibie Center Bawono Kumoro menilai Prabowo akan tetap menggunakan simbol-simbol agama Islam yang notabene pemeluk keyakinan tersebut merupakan mayoritas pemilih di Indonesia.

Prabowo dan tim suksesnya, menurut Bawono, tak ingin begitu saja mengubah strategi yang sukses pada Pilkada DKI 2017 silam. Selain itu, koalisi Gerindra-PKS pun terbilang sukses membuat lonjakan perolehan suara bagi paslon yang diusung mereka dalam Pilkada 2018 lalu.

"Sangat susah memang, ada semacam kepercayaan tinggi sekaligus dilema di Prabowo-Sandi, apalagi PKS sebagai partai Islam. Kalau membuat kampanye mereka lebih plural sesuai logika SBY, khawatir tidak bisa mengulang kemenangan di 2017," ucap Bawono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (7/4).

Surat SBY dan Jubah Politik Islam Prabowo via Ijtimak UlamaMassa pendukung Paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga memadati kampanye akbar yang diawali dengan kegiatan salat subuh berjemaah di Stadion Utama Glora Bung Karno, Jakarta, 7 April 2019. (CNN Indonesia/Hesti Rika)

Dilema itu, kata Bawono, akan membuat Prabowo akan tetap eksklusif dalam kampanye. Meski mereka mengusung isu ekonomi di pilpres ini, tetap akan kembali ke politik identitas, karena basis suara adalah kelompok Muslim konservatif.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menyatakan Prabowo-Sandi terjebak dalam kondisi yang membuat kampanyenya kerap menggunakan simbol-simbol keislaman.

Serupa Bawono, Pangi menilai basis suara Prabowo saat ini paling kuat pada pemilih Muslim. Prabowo, menurut dia, masih kalah telak dari paslon nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin pada basis pemilih non-Muslim.


Seperti dalam survei Celebes Research Center (CRC) yang dirilis Februari lalu. Jumlah pemilih nonmuslim yang memilih Prabowo hanya 5,6 persen, sedangkan Jokowi 87,1 persen. Prabowo bergantung pada 35,3 persen pemilih beragama Islam yang memilih dirinya.

Survei lain yang dilakukan LSI Denny JA pada 18-25 Februari 2019 menemukan bahwa dukungan untuk Prabowo-Sandi datang dari segmen pemilih Muslim yang orientasi politiknya Indonesia harus seperti Timur Tengah atau Arab Saudi yakni 54,1 persen.

Selain itu, berdasarkan survei yang digelar LSI Denny JA pada 18-25 Januari 2019, dukungan kantong pemilih Muslim terhadap Prabowo-Sandi cenderung meningkat jika dibandingkan survei lima bulan lalu. Pada Agustus 2018, dukungan ke Prabowo-Sandi di kantong pemilih Muslim hanya 27,9 persen. Sedangkan saat ini dukungan mencapai angka 35,4 persen.

"Kalau mereka tidak mengambil segmen itu [pemilih muslim], misalnya Pak Prabowo tidak menggunakan simbol-simbol Islam, lebih toleran, plural, kebinekaan, problem-nya segmen beliau memang sudah pemilih muslim," ucap Pangi, Senin (8/4).

Apalagi, Prabowo notabene adalah capres yang didukung lewat dua kali Ijtimak Ulama.

Memasuki konteks kampanye akbar yang digelar kemarin di SUGBK, Pangi mengaku melihat kubu Badan Pemenangan Nasional (BPN) telah mencoba memasukkan unsur selain Islam ke atas panggung. Namun, menurut dia, upaya menghadirkan sosok nonmuslim sebagai orator itu terkesan kurang karena lebih kental simbol Islam.

"Kemarin ada tokoh lintas agama, seharusnya ada tausiah juga dari tokoh Nasrani, Buddha, simbol itu penting. Kemarin simbol itu masih kurang karena simbol Islam terlalu kental," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menegaskan isi dari surat SBY kepada tiga petinggi Demokrat itu pun telah disampaikan, sehingga kampanye akbar Prabowo-Sandi pada Minggu (7/4) pun dilaksanakan sesuai saran. Walhasil, katanya, pada kegiatan kampanye akbar pun ada penegasan soal itu dan menghadirkan umat dari agama lain.

"Saran SBY pun diterima. Tadi (dalam kampanye akbar) ada dari pendeta dan berbagai agama," katanya, Minggu (7/4).

Pada kampanye tersebut, memang setidaknya ada tiga perwakilan agama lain yang ikut menyampaikan pesan di panggung. Bukan hanya pesan, mereka yang berasal dari Kristen, Katolik, dan Buddha pun turut membacakan doa untuk Prabowo-Sandi.


[Gambas:Video CNN] (dhf/kid)

1 dari 2

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2KetIl5

April 08, 2019 at 10:59PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Surat SBY dan Jubah Politik Islam Prabowo"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.